KOMPAS.com - Kegagalan pasti akan menyisakan kekeceweaan, kesedihan, maupun ketidakpuasan.
Bagi yang tidak lolos dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018, jangan larut dalam kesedihan.
Psikolog Unit Layanan Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS), Laelatus Syifa, M.Psi, mengatakan, dampak psikologis seseorang yang tidak lolos tes SBMPTN bergantung pada konsep kegagalan menurut diri masing-masing.
"Dampak untuk anak-anak yang tidak lolos, sebenarnya akan bergantung konsep kegagalan bagi mereka. Pasti kalau enggak keterima, sedih ya, jelas. Itu hal yang wajar karena posisinya menginginkan sesuatu, tetapi tidak tercapai," kata Lukas kepada Kompas.com, Rabu (4/7/2018) siang.
Baca juga: Mereka yang Gagal SBMPTN dan Memilih untuk Tidak Putus Asa...
Konsep kegagalan ini dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan orangtua sejak kecil.
"Sejak kecil dididiknya seperti apa? Misal nilai akademik, masuk ke SMP atau SMA favorit adalah hal yang ditekankan. Kalau mereka gagal, mereka dimarahi. Jika sejak kecil dihargai dengan usahanya, semisal tidak diterima, tetapi dilihat dari usahanya, akan menganggap sesuatu ada hikmahnya," kata dia.
Lingkungan terdekat dari objek (peserta yang tidak lolos) memberikan pengaruh besar pada objek tersebut.
"Keluarga, terutama orangtua, keluarga dekatnya, itu akan berpengaruh pada mereka untuk cepat bangkit atau tidak. Kalau secara psikologis, seseorang yang gagal pasti bersedih. Tapi, jika seseorang tersebut memiliki dukungan keluarganya bagus, itu akan lebih cepat bangkit. Cari jurusan yang lain, cari universitas yang lain," ujar Latus.
Tips bangkit
Latus mengatakan, mereka yang tidak lolos SBMPTN pasti butuh recovery dan penerimaan atas hasil yang tak sesuai harapan.