KOMPAS.com - Para peserta yang lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 telah diumumkan.
Dari total 714.652 peserta yang mendaftar tahun ini, hanya 23 persen atau sebanyak 168.742 peserta yang dinyatakan lolos.
Sementara, sekitar 77 persen dari total jumlah peserta dinyatakan tidak lolos.
Dari jumlah tersebut, banyak yang bersiap untuk langsung mendaftar ke universitas lain. Namun, ada pula yang mencoba peruntungan dengan mengambil gap year atau jeda studi sampai gelaran seleksi berikutnya dibuka kembali.
Menurut Gap Year Association seperti dilansir dari Forbes, gap year adalah pengalaman selama satu semester atau satu tahun yang biasanya diambil sesudah sekolah menengah dan sebelum pendidikan tinggi.
Gap year biasanya diambil untuk memperdalam ilmu dan praktik seseorang dalam suatu bidang.
Tak hanya itu, gap year biasanya diambil dengan alasan untuk meningkatkan kesadaran profesional dan pribadi.
Dengan kata lain, gap year memberi waktu bagi para pelajar untuk mengenali dirinya sendiri.
Akan tetapi, ada stigma yang melekat bagi mereka yang mengambil waktu selang ini.
Jika Anda menganggap gap year hanyalah jeda untuk mengulur waktu, pikirkan lagi.
Ada beragam manfaat yang dapat diperoleh meski tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, seperti:
Menurut studi terbaru Gap Year Association, pelajar yang mengambil cuti sebelum kuliah mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang dunia tempat kita tinggal.
Survei ini juga memperlihatkan, mereka yang mengambil gap year memiliki pengalaman yang sangat positif.
Mengutip Huffington Post, manfaat-manfaat ini tidak luput dari perhatian oleh perguruan tinggi.
Harvard, misalnya, telah mendorong pelajar melakukan gap year selama lebih dari tiga puluh tahun.
Bahkan, kampus-kampus bergengsi dalam jajaran universitas Ivy League di Amerika Serikat, menanyakan kepada calon mahasiswa apakah mereka akan menunda atau mengambil gap year.
Melansir Business Insider, siswa yang mengambil gap year akan menjadi lebih dewasa, lebih fokus, dan lebih sadar akan apa yang ingin mereka lakukan saat di perguruan tinggi.
Hal ini diungkapkan oleh mantan ketua penerimaan di Middlebury College dan mantan pejabat penerimaan senior di Harvard, Robert Clagett.
Menurut data, di Middlebury, peneliti menemukan bahwa siswa yang mengambil gap year menunjukkan "pola yang jelas" untuk mencapai nilai yang lebih tinggi.
Menemukan minat
Sering kali setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, banyak pelajar yang kebingungan, khususnya dalam menentukan perguruan tinggi dan program studi yang sesuai.
Oleh karena itu, gap year juga memungkinkan siswa terbebas oleh tugas dan tekanan ujian dalam tenggat waktu.
Selama masa ini, mereka dapat mencari tahu apa yang menjadi minatnya selama ini.
Apalagi, mengambil jeda dapat meningkatkan peluang siswa untuk mendapatkan hasil yang lebih baik saat penerimaan mahasiswa baru tahun depan.
Bagi beberapa orang, mengisi waktu jeda adalah dengan mencari pekerjaan.
Hal ini selain menambah pengalaman dan wawasan di dunia kerja, juga mampu menjalin pertemanan baru.
Selain itu, ada pula yang mengambil jeda dengan menghabiskan waktu untuk menjadi relawan dalam berbagai kegiatan sosial.