JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyatakan, pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN) di tengah wabah Covid-19 tidak dibatalkan namun masih dikaji.
Ia mengatakan, SNMPTN merupakan syarat masuk ke PTN yang mutlak sehingga tak dibatalkan pelaksanaannya.
"Mengenai SNMPTN yang sudah pasti itu adalah suatu requirement atau keharusan untuk masuk ke perguruan tinggi. Dan juga jumlah angkanya (pesertanya) jauh lebih kecil daripada UN (Ujian Nasional)," ujar Nadiem melalui siaran konferensi video, Selasa (24/3/2020).
Baca juga: UTBK Ditunda, Pengumuman SNMPTN Tetap 8 April 2020
"Jadinya untuk ini, saat ini sedang kami kaji apakah ditunda atau tidak. Tapi tidak dibatalkan. Ini sudah pasti," lanjut dia.
Meskipun tetap dilaksanakan, Nadiem mengatakan pelaksanaan SNMPTN akan memperhatikan ketentuan yang harus dipatuhi di tengah wabah Covid-19.
Ia mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan standar operasional prosedur (SOP) yang sesuai untuk SNMPTN di tengah pandemi virus corona.
"Ini akan mengikuti standar daripada keamanan dan kesehatan penanganan bencana Covid-19 ini dengan berbagai macam prosedur dan SOP yag ketat walaupun dilakukan. Kami sedang mengkaji dari sisi timeline-nya. Apakah ditunda atau tidak kami akan kabarkan dalam waktu ke depan," lanjut dia.
Baca juga: Pengumuman SNMPTN 2020 Diundur, Ini Tanggalnya
Sebelumnya, pemerintah membatalkan pelaksanaan UN pada 2020 lantaran Covid-19 masih mewabah.
Nadiem menyatakan UN pada 2020 dibatalkan lantaran pemerintah mengedepankan kesehatan dan keamanan para siswa serta keluarga mereka di tengah wabah Covid-19.
"Kami telah memutuskan untuk membatalkan Ujian Nasional di tahun 2020 ini. Alasan nomor satu adalah prinsip dasar dari Kemendikbud, yang terpenting itu adalah keamanan dan kesehatan daripada siswa kita. Dan tentunya juga keamanan keluarga mereka," kata Nadiem melalui sambungan konferensi video, Selasa (24/3/2020).
Baca juga: Tak Hanya SNMPTN dan SBMPTN 2020, Ini Jalur Masuk UI serta Jadwal Pendaftaran
Ia menambahkan, akan berbahaya bagi para siswa dan keluarga mereka jika Ujian Nasional tetap dilaksanakan. Sebabnya akan terjadi penumpukan orang dalam jumlah banyak di satu tempat jika Ujian Nasional tetap diadakan.
Padahal, penumpukan orang dalam jumlah besar di satu tempat saat ini sangat berbahaya karena berpotensi menjadi menyebarnya virus corona di tengah masyarakat.
Apalagi, para siswa juga tinggal bersama anggota keluarga lain yang dimungkinkan berumur 60 tahun ke atas, dimana mereka rawan terinfeksi virus corona.
"Itu bisa menimbulkan risiko kesehatan yang sangat besar. Bukan hanya bagi siswanya tetapi keluarga, kakek, nenek dari siswa-siswa tersebut. Karena jumlahnya begitu besar, 8 juta siswa yang tadinya akan dites oleh UN," papar Nadiem.