Terinspirasi Stephen Hawking, Peserta UTBK Tunadaksa Ini Berjuang Masuk PTN

Kompas.com - 27/07/2020, 18:35 WIB
Muhammad Hijriyatul Ihcsan, salah satu peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) saat mengikuti ujian di Universitas Jember Kompas.com/Dokumentasi Humas UnejMuhammad Hijriyatul Ihcsan, salah satu peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) saat mengikuti ujian di Universitas Jember

JEMBER, KOMPAS.com - Muhammad Hijriyatul Ihcsan, salah satu peserta ujian tulis berbasis komputer ( UTBK) di Universitas Jember merupakan penyandang disabilitas tunadaksa.

Dia bersama para peserta UTBK mengikuti ujian pada Senin (27/7/2020).

Keterbatasan gerak tubuh pada dirinya tidak menyurutkan semangatnya untuk menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Sebab, dirinya terinspirasi dari ilmuan Stephen Hawking.

Baca juga: Fakta UNS Solo Ditutup Sementara, Satu Pimpinan Positif Corona, UTBK Tetap Jalan

“Stephen Hawking salah satu tokoh yang telah menginspirasi saya. Walaupun dia seorang disabilitas, namun memiliki pemikirannya sangat cemerlang,” kata Ichsan, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Ichsan mengaku, sering membaca kisah Stephen Haking untuk memantapkan tekad menjadi seorang ilmuwan.

Dia ingin menjadi ilmuwan di bidang teknologi informasi.

Untuk itu, agar keinginan masuk PTN bisa lolos, Ichsan sudah mempersiapkan diri sejak masih kelas XII di SMA 1 Pakusari Jember.

Saat itu, terus belajar mengasah kemampuan dengan latihan soal.

“Teman-teman saya membantu semua kesulitan yang saya hadapi di sekolah termasuk dalam hal belajar,” kata dia.

Dia berharap, bisa lolos dalam proses SBMPTN 2020 di Program Studi informatika Universitas Jember.

Dia memilih Prodi Informatika karena ingin bisa menciptakan aplikasi atau alat yang memudahkan para difabel dalam beraktivitas.

Apalagi, dia menyenangi komputer dan ingin menguasai bahasa pemrograman.

“Karena saya pikir dengan kecerdasan buatan, penyandang difabel akan terbantu dan mudah-mudahan dapat mengurangi ketergantungan kami (difabel) pada orang lain” papar dia.

Museifah, orang tua Ihcsan mengaku, bangga pada anak semata wayangnya.

Dirinya selalu menemani aktivitas Ihcsan dan mendukung cita-citanya untuk menjadi seorang ilmuwan.

Baca juga: KPK Minta Keterangan Sejumlah Pejabat Pemkab Jember, Ada Apa?

 

Selain itu, juga mengingatkan agar tidak pernah merasa malu dengan kondisi tubuhnya.

“Jangan sampai kalah pada yang lain,” terang dia.

Sang ibu, yang merupakan penjahit, harus membagi waktu antara mendidik anaknya dan mencari nafkah.

Pada pagi hari, sang ibu mengantar sekolah Ichsan dan menitipkan pada teman-temannya.

Setelah itu, ia melanjutkan aktivitas bekerja untuk biaya pendidikan Ihcsan.

Close Ads X