KOMPAS.com - Sebuah unggahan dengan narasi seorang juara olimpiade internasional yang gagal lolos SNMPTN dan SBMPTN viral di media sosial sejak diunggah pada 28 Agustus 2020.
Unggahan tersebut dibagikan oleh akun Twitter @wiracalosa. Dia sebelumnya pernah meraih juara olimpiade internasional.
Rayhan Danendra Wiracalosa, pemilik akun itu, membagikan kisahnya saat gagal melanjutkan studi ke perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN.
Selain gagal masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, Rayhan juga mendapat cobaan ketika sang ayah meninggal dunia karena stroke.
Walau begitu, Rayhan tak langsung menyerah dan berputus asa karena bertubi-tubi mendapatkan cobaan.
Apa yang membuat Rayhan tidak menyerah?
Baca juga: Viral, Kisah Juara Olimpiade Internasional Gagal SNMPTN dan SBMPTN, Bagaimana Akhirnya?
Setelah dinyatakan gagal di SNMPTN dan SBMPTN, ditambah lagi masih dalam suasana berkabung setelah meninggalnya sang ayah, Rayhan berserah diri kepada Sang Kuasa.
Ia sempat berpikir bahwa Sang Kuasa sangat mudah membalikkan keadaan manusia dari titik tertinggi (kebahagiaan) menjadi titik terendah (ujian dari Tuhan).
Namun, Rayhan juga berpikir bahwa Tuhan juga akan mudah membalikkan kondisi seseorang dari titik terendah menjadi titik tertinggi.
"Alhamdulillah, saya diberi ujian. Berarti Tuhan masih memperhatikan saya. Saya percaya pasti akan ada kebahagiaan yang datang ke saya," jelas Rayhan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/9/2020).
Setelah semua ujian berhasil ia lewati, Rayhan pun mendapat kebahagiaan setelahnya.
Pada Agustus 2020, seolah menjadi bulan baik baginya karena Rayhan berhasil diterima di banyak universitas, bahkan beberapa di antaranya adalah universitas ternama di Indonesia.
"Pada 18 Agustus saya diterima di Teknik Mesin UI (Jalur Simak) dan Teknik Mesin UNS (Jalur Prestasi), 23 Agustus diterima di Fakultas Kedokteran Unpad (Jalur Prestasi). Diterima juga di Universitas Bina Nusantara (Binus) dengan beasiswa full, diterima melalui jalur prestasi untuk kuliah di Ilmu Biomedis Universitas Andalas, Padang," kata Rayhan.
Dari beberapa universitas tadi, pilihan Rayhan pun jatuh ke Teknik Mesin di Universitas Indonesia (UI).
Terdapat alasan utama mengapa Rayhan memilih UI sebagai tempat berikutnya menimba ilmu.
"Papa saya baru meninggal empat bulan lalu. Tanggung jawab keluarga sekarang ada di saya. Walaupun saya anak bungsu, tetapi saya anak laki-laki satu-satunya di keluarga. Jadi saya mikirin juga untuk enggak mau merantau dan sebisa mungkin kuliah di tempat yang terdekat," jelas Rayhan.
Rayhan mengaku, sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), ia bermimpi menjadi juara di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Seiring berjalannya waktu, mimpi Rayhan itu pun terwujud pada tahun 2019 ketika meraih medali perak bidang Fisika di OSN 2019, Manado.
Berkah dari menjuarai ajang tersebut, Rayhan mendapat kesempatan untuk mewakili daerahnya ke ajang olimpiade internasional.
"Sekaligus saya terpilih untuk mewakili DKI Jakarta di ajang International Olympiad of Metropolises 2019, Moscow," ucap Rayhan.
Bukan hanya sebagai pelengkap, Rayhan membuktikan bahwa dirinya memang berprestasi dengan mendapat medali perunggu di bidang fisika pada ajang internasional itu.
Baca juga: Viral, Kisah Pria Indonesia Dibayar Rp 90 Juta karena Editan Fotonya
Rayhan mengungkapkan, saat SNMPTN, dia memilih Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika (STEI) ITB serta Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.
Waktu yang dinanti pun tiba, tetapi takdir berkata lain, Rayhan dinyatakan gagal diterima melalui jalur SNMPTN.
Dia pun sempat merasa semua prestasi yang pernah ia raih semasa duduk di bangku SMA menjadi sia-sia dan tak berguna.
"Seolah-olah, prestasi-prestasi yang sudah saya capai selama tiga tahun di SMA menjadi sia-sia. Walaupun saya yakin tidak ada yang sia-sia," kata Rayhan.
Berbeda saat SNMPTN yang memilih kuliah di jurusan teknik, di SBMPTN Rayhan justru memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).
Walaupun berganti pilihan, tak membuat Rayhan lolos di SBMPTN. Ia kembali gagal.
Rayhan mengaku life must go on, hidup harus terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi dua sampai tiga jam per hari," ucap Rayhan.
Baca juga: Kisah Andhika Sudarman, Mahasiswa Indonesia Pertama yang Pidato di Wisuda Harvard Law School