KOMPAS.com - Universitas Brawijaya (UB) mengaku sudah siap melakukan penerimaan mahasiswa baru di 2021. Meski berbagai macam permasalahan yang saat ini sedang menerpa akibat pandemi Covid-19.
Kepala Bagian Perencanaan, Akademik dan Kerjasama Universitas Brawijaya, Heri Prawoto Widodo mengatakan, ada tiga jalur seleksi yang bisa dilakukan mahasiswa baru ketika ingin masuk Universitas Brawijaya.
Baca juga: Universitas Brawijaya Kecam Tindakan Kekerasan Seksual dan Perundungan
Dia menyebutkan, untuk kuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2021 sebanyak 30 persen.
Sedangkan kuota dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021 sebanyak 40 persen.
"Adapun dari Seleksi Mandiri Universitas Brawijaya kuota yang diberikan sebesar 30 persen," ungkap dia melansir laman Universitas Brawijaya, Kamis (25/2/2021).
Bukan hanya itu, bilang dia, Universitas Brawijaya juga memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus untuk bisa berkuliah di kampus ini lewat jalur Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD).
"Jalur SPKPD bisa dilihat di laman https://selma.ub.ac.id/," tutur dia.
Lanjut dia menyatakan, mahasiswa disabilitas di Universitas Brawijaya akan mendapatkan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti adanya Pusat Studi Layanan Disabilitas.
"Dari fasilitas itu, maka bisa membantu mahasiswa disabilitas secara teknis maupun pendampingan," ucap Heri.
Lalu, dia menjelaskan, setiap gedung di Universitas Brawijaya juga sudah memiliki sarana untuk akses disabilitas.
Baca juga: ITB Rekrut 4.620 Mahasiswa Lewat Jalur 3 Seleksi
"Baik itu kursi roda dan berbagai sarana umum yang sudah cukup lengkap," jelas Heri.
Menurut Sekretaris Pusat Pemeringkatan LP3M Universitas Brawijaya Adharul Mutaqin, hasil pemeringkatan Webometrics edisi Januari 2021, Universitas Brawijaya berada di posisi 5 sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
"Peringkat yang diperoleh perguruan tinggi berdasarkan tiga indikator yaitu web content impact atau visibility, openness atau transparency, serta excellence atau scholar," terang Heri.
Indikator impact diukur berdasarkan jumlah backlink dari situs lain ke suatu halaman website suatu perguruan tinggi, indikator ini memiliki bobot 50 persen.
Indikator dari Opennes dengan bobot 10 persen, diukur dari jumlah sitasi dari 210 penulis suatu perguruan tinggi yang memiliki sitasi tertingi di Google Scholar.
Sedangkan indikator excellence, diukur berdasarkan jumlah karya ilmiah suatu perguruan tinggi yang berada pada 10 persen sitasi tertinggi pada 27 topik atau disiplin ilmu pada Scimago.
"Di awal tahun ini, peringkat Universitas Brawijaya versi Webometrics mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu, dari peringkat 6 menjadi peringkat 5," ujar dia.
Dia menambahkan, meski peringkat Universitas Brawijaya naik, tapi masih ada yang perlu ditingkatkan.
Baca juga: UI Siap Tampung 8.628 Mahasiswa
"Terutama dari segi excellence, pada indikator ini terjadi penurunan ranking Universitas Brawijaya dibandingkan edisi sebelumnya," tukasnya.