Peserta Disabilitas UTBK Butuh Pendamping? Hubungi Gempita UM

Kompas.com - 30/04/2021, 15:00 WIB
UKM Gempita UM memberikan layanan pendampingan tes UTBK bagi peserta disabilitas. DOK. Instagram Gempita UMUKM Gempita UM memberikan layanan pendampingan tes UTBK bagi peserta disabilitas.

KOMPAS.com - Bagi peserta d Ujian Tes Berbasis Komputer untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) disabilita, tentu ada kekhawatiran sendiri saat akan tes.

Misalnya, belum memahami betul lokasi ujian apakah menyediakan sarana prasarana bagi disabilitas. Apakah akses menuju lokasi aman bagi disabilitas atau tidak.

Kekhawatiran lainnya, kemungkinan adanya kesulitan akses informasi selama ujian. Karena, kadangkala ada beberapa calon peserta disabilitas yang tidak didampingi siapapun selama tes.

Terkait hal ini, bagi calon mahasiswa disabilitas yang memilih Universitas Negeri Malang ( UM) sebagai lokasi ujian, jangan khawatir akan adanya hambatan selama ujian.

Baca juga: Pendaftaran STAN 2021 Dibuka, Ini Syarat Nilai Minimal UTBK 2021

Ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gempita UM yang menawarkan pendampingan bagi peserta UTBK di UM selama mengikuti tes.

Dilansir dari laman Instagram Gempita UM, peserta disabilitas yang membutuhkan pendampingan tidak hanya bagi mereka yang hendak mengikuti UTBK saja.

"Pendampingan mahasiswa disabilitas membantu mahasiswa menyelesaikan studinya selama di Universitas Negeri Malang, baik yang mendaftar SBMPTN, jalur rapor dan mandiri," Tulis Gempita UM.

Ketua Divisi Advoham, Valencia Hermandes mengatakan khusus calon mahasiswa yang hendak meminta pendampingan telah diberi narahubung untuk menjabarkan keluhan dan situasi apa yang menyulitkan mereka.

Ini merupakan tahun kedua, Gempita UM memberikan pendampingan bagi calon mahasiswa yang mengikuti tes UTBK SBMPTN.

Baca juga: Bantuan hingga Rp 12 Juta Per Semester, Ini Cara Daftar KIP Kuliah 2021

Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia angkatan 2018 ini mengatakan, untuk pendampingan sendiri dilakukan dari awal hingga mahasiswa kuliah.

Semua pendamping yang ada, merupakan volunteer yang telah dibekali banyak pengetahuan mengenai disabilitas.

"Untuk menjadi pendamping di Gempita ini mereka mendaftarkan diri menjadi volunteer kak. Jadi, setiap semester ganjil Gempita membuka oprec volunteer untuk mencari dan menjaring volunteer," Jelasnya, saat dihubungi.

Valen mengatakan, saat ini pendaftaran volunteer baru sebatas intern UM dan belum sampai luar kampus.

Selain mendampingi calon mahasiswa disabilitas, UKM ini juga mengadakan kajian mengenai keinklusian, bahasa isyarat maupun pelatihan braille yang diperuntukkan untuk umum.

Hingga kini, tercatat ada 98 volunteer yang bergabung. "Bagi mahasiswa, setelah kita mendapatkan datanya, kita tanyakan terlebih dahulu apakah dia butuh pendampingan apa enggak. Karena ada beberapa disabilitas yang tidak membutuhkan pendampingan karena mereka dapat mengakses perkuliahan sendiri," bebernya.

Baca juga: Intip, 5 Materi yang Sering Keluar di UTBK Saintek-Soshum

Saat ini, mahasiswa yang membutuhkan pendampingan berjumlah 19 orang. Meski perkuliahan tengah dilakukan di situasi pandemi, pendampingan pada mahasiswa masih terus dilakukan.

"Saat ini, Untuk disabilitas netra mereka cenderung tingkat urgensinya tidak tinggi dibandingkan teman tuli selama perkuliahan online ini, " Ujarnya.

Alasannya, mahasiswa disabilitas netra bisa menggunakan zoom atau google meet sendiri. Kebanyakan disabilitas netra juga berasal dari Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan sipejar PLB yang sudah aksesible untuk disabilitas netra.

Beberapa disabilitas netra pun pandai dalam IT, sehingga mereka bisa convert file, membuat PPT sederhana, dan beberapa tugas lainnya.

"Lebih tepatnya kebutuhan setiap disabilitasnya berbeda. Kuliah secara online ini kan lebih banyak menggunakan video conferense tatap muka. Nah, itu memiliki kelemahan atau tantangannya tersendiri, seperti sinyal, kualitas video, terus biasanya suka ngelag," Kata dia.

Sedangkan teman tuli, hambatannya cukup beragam. Misalnya, mereka bisa baca mimik bibir tapi kalau saat zoom mengalami lagi, mereka cukup kesusahan.

"Terus biasanya kalau kuliah online gini, penjelasannya itu cepat. Sedangkan, beberapa teman tuli butuh waktu untuk memahami ujaran dosen. Di kelas juga belum tersedia Juru Bahasa Isyarat (JBI) jadi teman tuli butuh pendamping untuk membantu mereka memahami perkataan dosen," Kata dia.

Baca juga: BUMN PNM Buka Lowongan Kerja Lulusan D3-S1 bagi Penyandang Disabilitas

Close Ads X