Cerita Mahasiswi UNY Tetap Berprestasi di Tengah Keterbatasan Fisik dan Ekonomi

Kompas.com - 28/02/2022, 14:23 WIB
Devita Amalia Anggraini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang baru saja lulus dari program studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih prestasi. Dok. UNYDevita Amalia Anggraini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang baru saja lulus dari program studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih prestasi.

KOMPAS.com - Devita Amalia Anggraini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ( UNY) yang baru saja lulus dari program studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk meraih prestasi.

Gadis kelahiran Yogyakarta, 24 Desember 1997 tersebut mengalami kondisi ketunadaksaan karena kecelakaan pada usia tumbuh kembang yang menyebabkan adanya kesulitan dalam mobilitas untuk dapat berjalan dengan normal.

“Pada awal usia sekolah dasar saya masih dapat berjalan tanpa alat bantu namun seiring pertambahan usia terdapat perbedaan panjang antara kaki kanan dan kiri,” papar Devita dalam keterangan tertulis UNY yang diterima Kompas.com, Senin (28/2/2022).

Kondisi itu mengharuskan Devita menggunakan alat bantu kruk untuk menunjang mobilitas secara mandiri. Meski pada awalnya Devita mengalami kesulitan dalam menggunakan alat bantu, namun belasan tahun hidup dengan kondisi itu membuatnya dapat mengontrol penggunaan kruk dengan baik.

Baca juga: Cara Belajar Jan Meyer, Peraih IPK Tertinggi ITB 2021

Kini, dengan motor yang dimodifikasi dia dapat berjalan tanpa perlu memegang kruk dan dapat mengangkat atau memindahkan barang tanpa hambatan.

“Saya dapat mobilitas secara mandiri dengan adanya motor yang dimodifikasi sehingga dapat menunjang aktivitas saya,” ungkapnya.

Cerita Devita bisa lolos UNY dengan beasiswa dan lulus dengan nilai memuaskan

Devita yang merupakan warga Terban Gondokusuman Yogyakarta itu menempuh semua jenjang pendidikan dari SD hingga SMK diranah pendidikan umum, dengan mempertimbangkan jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang setidaknya dapat ditempuh secara mandiri.

Ia bercerita, selama bersekolah ia tidak mengalami masalah perundungan yang serius.

Baca juga: Sea Buka Beasiswa Penuh 2022 di UI, UGM, ITB, IPB, Binus, IT Del

“Permasalahan mungkin hanya disebabkan usia anak-anak yang suka menjahili saya atau mungkin pada masa tersebut disabilitas masih belum tersebarluaskan sehingga teman-teman saya pada waktu itu masih menilai kondisi disabilitas adalah sesuatu yang unik, aneh, tidak biasa dan lainnya,” kata Devita.

Para guru, lanjut Devita, merasa kalau dirinya tidak memerlukan penanganan khusus selain pelajaran yang memerlukan gerak seperti tari dan olahraga.

Page:
Close Ads X