Oleh: Chandra Susanto | Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister, Universitas Tarumanagara
KOMPAS.com - Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan juga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memberi dampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Aspek atau bidang yang turut terdampak kebijakan tersebut seperti bidang ekonomi, sosial, kesehatan, dan tak terkecuali juga bidang pendidikan.
Bidang pendidikan harus mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut, yaitu dengan mengganti metode pembelajarannya.
Metode pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tatap muka harus diganti menjadi pembelajaran secara daring atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran online.
Pembelajaran secara online atau daring dilakukan menggunakan aplikasi-apliaksi atau platform seperti Ms. Teams, Google Meet, Zoom, Google Classroom, Skype, dan platform lainnya.
Pembelajaran daring dilakukan oleh seluruh tingkatan pendidikan, dari tingkat sekolah dasar (SD), hingga tingkat perguruan tinggi atau universitas.
Pelaksanaan pembelajaran daring masih terus dilakukan hingga saat ini, walaupun angka orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 semakin menurun.
Beberapa perguruan tinggi atau universitas masih tetap menjalankan pembelajaran daring secara penih walaupun sebagian sudah melakukan pembelajaran secara hybrid. Pembelajaran daring memang memiliki tantangan nya tersedia, para mahasiswa tidak dapat merasakan keefektifan yang sama seperti pembelajaran secara tatap muka.
Baca juga: Masih Dibuka Beasiswa Belajar Bahasa Mandarin, Tunjangan Rp 12 Juta
Pembelajaran memiliki banyak kerterbatasan seperti para mahasiswa sulit menjalankan komunikasi dengan mahasiswa lainnya dan juga dosen, kesulitan pada jaringan atau akses internet, dan juga kesulitan memahami materi dengan baik.
Oleh karena pembelajaran daring menghadirkan kendala-kendalanya, para mahasiswa perlu melakukan adaptasi dengan pembelajaran secara daring.
Hal tersebut juga harus dilakukan oleh para mahasiswa yang melakukan pembelajaran Bahasa Mandarin baik yang ada di dalam kampus atau di luar kampus.
Seperti yang kita ketahui bahwa Bahasa Mandarin merupakan salah satu bahasa yang sangat penting untuk dikuasai dan dipelajari. Bahasa Mandarin menjadi salah satu bahasa yang paling banyak digunakan didunia.
Berdasarkan data dari lembaga riset Ethnologue (Kumparan, 2017) terdapat 12 bahasa yang paling banyak digunakan oleh penduduk didunia yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Hindia, Bahasa Spanyol, Bahasa Prancis, Bahasa Arab, Bahasa Rusia, Bahasa Portugis, Bahasa Benggali, Bahasa Jerman, Bahasa Jepang, dan Bahasa Korea.
Berdasarkan data di atas dapat kita simpulkan Bahasa Mandarin menjadi bahasa yang paling banyak dipakai didunia. Banyaknya jumlah penduduk Negara China dan juga keturunan Tionghoa yang tersebar di seluruh penjuru dunia menjadikan Bahasa Mandarin banyak digunakan oleh penduduk dunia.
Banyaknya pembelajar Bahasa Mandarin tidak dapat disimpulkan bahwa Bahasa Mandarin mudah untuk dipelajari.
Berdasarkan artikel yang dimuat dalam IDN News terdapat 6 bahasa yang paling sulit dipelajari di dunia, yaitu Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, Bahasa Polandia, Bahasa Rusia, Bahasa Turki dan terakhir adalah Bahasa Denmark.
Bahasa Mandarin merupakan bahasa nada secara akuistik yang terdiri dari 4 nada dalam pelafalannya (Ma, et.al. dikutip dalam Susanto & Idulfilastri, 2021). Selain itu di dalam Bahasa Mandarin memiliki abjad nya sendiri dalam mengucapkan hurufnya yang berbeda dengan abjad pada Bahasa Indonesia.
Bahasa Mandarin juga bahasa yang berbasis pada karakter atau simbol yang dalam tata cara penulisan memiliki urutan penulisan. Hal tersebut yang membuat Bahasa Mandarin sulit untuk dipelajari.
Baca juga: UNS Resmi Buka Prodi S1 Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok
Kesulitan dalam mempelajari Bahasa Mandarin sering kali para pelajar menjadi cemas. Selain kecemasan belajar Bahasa Mandarin, motivasi juga menjadi faktor yang turut berpengaruh dalam proses pembelajaran Bahasa Mandarin (Almushed & Aljuaythin, 2019).
Motivasi belajar bahasa adalah gabungan antara usaha dan keinginan untuk menggapai tujuan belajar bahasa serta menambahkan sikap yang mendukung dalam pembelajar bahasa asing (Gardner, dikutip dalam Liu & Chen, 2015).
Bahasa Mandarin yang sulit untuk dipelajari secara struktur atau tata bahasa di tambah lagi pembelajaran yang dilakukan dengan metode daring dengan sejumlah kendala semakin menambahk kesulitan dalam pembelajaran daring.
Sehingga hal itu menyebabkan perlu meningkatkan motivasi pembelajaran Bahasa Mandarin dikalangan para mahasiswa. Terdapat 4 aspek pembelajaran bahasa asing terutama Bahasa Asing sekaligus menjadi cara meningkatkan motivasi belajar Bahasa Mandarin (Gardner & Lambert, dikutip dalam Tsai & Chang, 2013).
Pertama, orientasi instrumental yaitu para pelajar mempelajari bahasa asing dikarenakan alasan yang bersifat fungsional. Para pelajar akan termotivasi apabila merasakan bahwa Bahasa Mandarin sangat penting sekali untuk dipelajari dan dikuasai oleh para mahasiswa.
Para mahasiswa perlu memiliki kesadaran Bahasa Mandarin menjadi bahasa internasional yang banyak sekali digunakan baik dalam interaksi sosial, maupun dalam menjalankan bisnis atau hal lainnya.
Kedua, orientasi integrative yaitu seorang pelajar bahasa merasa tertarik mempelajari suatu bahasa karena alasan dan budaya yang diwakili oleh kelompok bahasa lainnya.
Para pelajar agar termotivasi dalam mempelajari bahasa Mandarin apabila tertarik juga dengan sosial budaya dari pengguna Bahasa Mandarin dalam hal ini adalah China.
Ketiga, orientasi resultatif yaitu motivasi belajar Bahasa Mandarin yang terbentuk akibat dari Bahasa Mandarin. Para mahasiswa akan semakin termotivasi dengan pembelajaran Bahasa Mandarin apabila memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran Bahasa Mandarin.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Perayaan Cap Go Meh dalam Bahasa Mandarin dan Inggris
Terakhir, orientasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dorongan dan rasa ingin tahu yang muncul dari dalam diri seseorang, seperti minat khusus pelajar terhadap bahasa asing tersebut.
Para mahasiswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang pembelajaran Bahasa Mandarin sehingga mampu termotivasi dengan Bahasa Mandarin.