Kisah Mahasiswi Buka Toko Kelontong, Raup Omzet Rp 380 Juta Per Bulan

Kompas.com - 01/09/2022, 10:31 WIB
Granita Elsara, alumnus UGM yang sukses menjalankan usaha toko kelontong di usia muda. Usaha toko kelontongnya sukses meraup keuntungan hingga belasan juta  setiap bulannya. Dok. UGMGranita Elsara, alumnus UGM yang sukses menjalankan usaha toko kelontong di usia muda. Usaha toko kelontongnya sukses meraup keuntungan hingga belasan juta setiap bulannya.

KOMPAS.com - Keprihatinan akan mahalnya harga-harga barang yang dijual di toko-toko kawasan rumahnya yang berada di daerah wisata Kaliurang, Yogyakarta, menjadi awal mula Granita Elsara merintis usaha toko kelontong.

Berbekal keuletan dan kegigihan dalam menjalankan usaha Elsa mampu bertahan menjalankan usaha dari nol hingga mencapai hasil yang luar biasa.

Elsa mendirikan toko kelontong di garasi rumahnya yang berlokasi di Kaliurang Barat pada September 2017, kala itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ( UGM). Ia mengaku awalnya hanya bermodalkan kemauan untuk memulai sebuah usaha.

Pasalnya, Elsa bercerita kalau dirinya tidak memilik modal finansial sama sekali. Sehingga, untuk menjalankan usaha tersebut ia meminjam uang dari orangtua.

Baca juga: Perjuangan Dwiki, dari Kurir hingga Jadi Pegawai IT Sekretariat Kabinet RI

Ia pun meminjam Rp 32 juta untuk belanja keperluan perlengkapan toko dan produk yang akan dijual. Elsa lantas menamai toko kelontongnya dengan nama Warung Bu Woro yang mengambil nama dari sang ibu.

Pasang surut menjalani usaha

Minggu-minggu awal menjalankan usaha menjadi waktu yang sulit bagi Elsa. Sebab, usahanya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.

Di hari pertama dan kedua, Elsa bercerita kalau tetangga banyak yang membeli sebagai bentuk dukungan, tetapi setelah itu pendapatan menurun.

"Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omzet 300-400 ribu per harinya, bingung gimana cara balikin modal ke orangtua,” jelas Elsa yang  baru saja diwisuda pada 25 Agustus 2022 lalu, dilansir dari laman UGM.

Tak ingin kalah dengan keadaan, Elsa pun memutar otak untuk mencari solusi dari keterpurukan usahanya saat itu.

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard

Ia lantas bergerak melakukan penambahan jenis barang dan menambah kuantitas barang per itemnya sehingga bisa menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen.

Dari yang awalnya hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok, Elsa memperluas jualannya dengan produk kebutuhan tersier lainnya.

Hingga akhirnya di bulan Desember 2017 saat momen liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang meningkat berimbas pada penjualan tokonya yang turut melonjak tajam dan omzet mengalami kenaikan.

Belajar dari pengalaman dan melihat peluang pasar yang potensial di kawasan wisata Kaliurang, Elsa berusaha melebarkan pasar. Ia pun berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama.

Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas setempat seperti jadah tempe dan usaha tersebut mendapatkan respon positif.

Akhirnya, ia pun merambah usaha dengan menyuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang.

Baca juga: 5 Program Beasiswa S1-S2 Inggris, Beri Biaya Kuliah hingga 100 Persen

“Kan masukin proposal jadi harus berani nambah modal. Hutang sebelumnya belum kebayar tapi sudah minjam ortu lagi sehingga total pinjaman itu 54 juta. Selesai masa liburan itu omzet naik per harinya dengan titik tertinggi 36 juta dan akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke orangtua,” urainya.

Persoalan baru muncul saat terjadi erupsi Merapi pada Mei 2018. Gejolak Merapi kala itu memengaruhi pasar di kawasan Kaliurang.

Ia pun kembali mencari cara untuk mempertahankan usahanya dengan mencari pasar lain hingga menyuplai barang kebutuhan masyarakat ke Pasar Pakem, Sleman.

Alexandra Ananda Data kumulatif menyebutkan bahwa ratusan mahasiswa mengidap HIV. Ini gejala dan cara penularannya.

Hingga punya empat karyawan

Hasil tak mengkhianati usaha. Semangat pantang menyerah dalam menjalankan usaha menghantarkan Elsa meraih kesuksesan.

Usahanya yang kian berkembang mengharuskan Elsa merekrut karyawan untuk membantu operasional usahanya. Saat ini ia mempekerjakan 4 orang karyawan.

Dari menjalankan usaha toko kelontong itu tidak hanya berhasil menstabilkan harga di pasar Kaliurang, tetapi juga berhasil mendapatkan profit yang tidak main-main.

Setiap hari rata-rata ia bisa menghasilkan omzet hingga Rp12-an juta. Apabila dikalkulasi ia bisa memperoleh omzet tak kurang dari Rp 380 juta per bulannya dengan keuntungan bersih sekitar 10-12 juta setiap bulan.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 UGM Jalur SNMPTN, SBMPTN dan Jalur Mandiri

"Kunci berbisnis itu ya harus ada keberanian untuk ambil risiko, jangan cepat menyerah saat jatuh kalau mau bertahan dan segera cari solusi," tuturnya yang belum lama ini mendapat kucuran dana pengembangan usaha dari Kementerian Investasi sebesar Rp 20 juta.

Elsa merupakan salah satu sosok generasi muda Indonesia yang memiliki kemauan kuat dalam menjalankan usaha.

Setelah sukses dengan toko kelontongnya, ia mulai merambah bisnis lain. Ia bersama dengan pemuda desa Kaliurang Barat mengembangkan usaha penyediaan camping ground dan picnic area yang dinamai Nawang Jagad sejak 2021 lalu.

Nawang Jagad berlokasi di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Padukuhan Kaliurang Barat dan cukup diminati wisatawan karena selain akses yang mudah juga menawarkan suasana dan alam yang masih asri serta pemandangan alam khas pegunungan.

Close Ads X