KOMPAS.com - Tak pernah dibayangkan Muhammad Aimanur Razzaq, ikut Ujian Tulis Berbasis Komputer ( UTBK) 2024 dengan posisi tangan masih terpasang jarum infus.
Razzaq sendiri mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) di Universitas Negeri Surabaya ( Unesa) pada Minggu, (5/5/2024) lalu.
Ia didampingi perawat selama mengikuti tes. Bahkan botol infusnya pun masih menggantung tatkala ia tiba di Unesa.
Razzaq, peserta asal Gresik itu menunjukkan kegigihannya dengan tetap menjalani tes kendati sedang menderita demam berdarah dengue ( DBD). Dia terkena BDB sejak Rabu lalu, saat sedang menjalani latihan soal-soal persiapan UTBK.
“Saat latihan soal itu saya merasa badan mulai panas, dan terpaksa menghentikan latihan karena badan rasanya sudah mulai tidak stabil. Saya dibawa ke rumah sakit, setelah cek di lab, ternyata kena DBD dan harus dirawat intensif di RS Semen Gresik,” kata Razzaq, dilansir dari laman Unesa.
Baca juga: Cek Nilai UTBK Tertinggi yang Lolos di 8 PTN, Mulai UI, UGM, ITB
Awalnya ia bingung apakah harus tetap ikut UTBK atau fokus penyembuhan. Namun, karena tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut, dia memilih tetap ikut tes agar bisa diterima di kampus pilihannya yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Brawijaya (UB).
“Dari awal saya sudah mempersiapkan UTBK 2024 ini dengan mengikuti bimbel. Awalnya mau fokus penyembuhan, karena waktu UTBK sudah mepet jadi saya paksakan untuk tetap belajar,” terangnya.
Jelang UTBK, suhu tubuh Razzaq masih tinggi tetapi semangatnya untuk mengikuti tes tersebut tidak kalah tingginya. Tekadnya dan cita-citanya terlalu besar, sehingga langkahnya tidak terhentikan, meski dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.
“Saya ingin membanggakan orang. Di belakang saya ada banyak dukungan dari guru, teman dan pastinya dari orangtua. Masa mau nyerah? Harapannya semoga tes ini bisa maksimal dan bisa diterima di prodi pilihan saya,” kata lulusan SMAN 1 Gresik itu.
Baca juga: UI Umumkan Biaya Kuliah 2024, Ada yang Capai Rp 161 Juta
Perawat yang mendampingi, yaitu Muhammad Fathurrahman menyampaikan rasa salutnya atas perjuangan pasiennya itu. Dia mengungkapkan, kondisi Razzaq masih belum stabil dan masih harus infus.
Dokter sebenarnya tidak menyarankan pasiennya itu untuk beraktivitas yang berat, termasuk melakukan perjalanan dari Gresik ke Surabaya.
Karena permintaan Razzaq sendiri yang ingin ikut UTBK tersebut, akhirnya dokter mengizinkannya untuk berangkat dengan pendampingan.
“Saya ditugaskan untuk mendampingi karena takutnya ada apa-apa dengan pasien. Jujur, saya salut perjuangan dia yang meski sakit, tetapi tetap harus mau berjuang untuk tes masuk perguruan tinggi,” ucap Fathurrahman.
Ternyata, kata Fathurrahman, pasiennya itu sering belajar di rumah sakit sembari melawan penyakitnya.
Selama belajar, Razzaq terus memakai infus karena memerlukan cairan infus untuk memenuhi kebutuhan elektrolit pada tubuhnya akibat peningkatan metabolisme tubuh.
Selain itu, agar tubuh Razzaq tidak dehidrasi. Apabila demam tiba-tiba muncul, dia juga bisa segera memberikan obat untuk menurunkan panas.
Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan mengapresiasi perjuangan peserta untuk mengikuti UTBK 2024 di Unesa.
Ada yang berjuang datang dari daerah terjauh hingga ada yang hadir dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan seperti Razzaq dari Gresik.
Hasan menuturkan bahwa setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Siapa yang berjuang dengan sungguh-sungguh, maka hasil yang diperolehnya nanti tidak akan mengkhianati prosesnya.
“Ada banyak sekali cerita perjuangan peserta UTBK 2024. Semoga hasilnya nanti bisa membawa peserta di prodi dan kampus tujuannya masing-masing,” ucapnya.
Rektor juga menyampaikan bahwa Unesa melalui Fakultas Kedokteran (FK) menyediakan tim medis khusus yang standby saat tes UTBK 2024 berlangsung.
Baca juga: Cerita Dewa dan Akbar, Pelajar Disabilitas Ikut UTBK 2024 di Unesa
Tim tersebut disiapkan untuk mengantisipasi dan memberikan penanganan medis kepada peserta yang membutuhkan.
“Selain tim medis, kita juga ada relawan khusus dari SMCC yang selalu standby di setiap lokasi tes. Tim kami ini ada yang dosen dan ada mahasiswa. Ketika misalnya ada yang pingsan, atau kurang sehat ada tim kami yang siap menangani,” pungkasnya.