Kisah Ines, Tempuh Perjalanan dari Papua ke Surabaya agar Bisa Ikut UTBK 2025

Kompas.com - 25/04/2025, 10:00 WIB
Ines Kustanti, siswa Papua yang memilih tes di Unair
Ines Kustanti, siswa Papua yang memilih tes di Unair(DOK. Unair)

KOMPAS.com - Jauh dari Papua, memilih menempuh perjalanan jauh ke Surabaya untuk bisa ikut Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes ( UTBK SNBT) di Universitas Airlangga ( Unair). Inilah cerita Ines Kustanti, atau akrab disapa Iin, siswi SMAS YPPK Tiga Raja Timika, Papua.

Iin merupakan salah seorang peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 yang memilih Universitas Airlangga (Unair) sebagai tempat pelaksanaan ujian sekaligus kampus impiannya.

Berasal dari Timika, Iin harus menempuh perjalanan udara jauh menuju Surabaya untuk mengikuti UTBK. Ia datang didampingi oleh wali pendamping yang kini tinggal di Solo, demi mewujudkan mimpinya menempuh pendidikan tinggi di UNAIR.

“Saya lahir di Palembang, tapi besar di Timika. Saya memilih ikut UTBK di Unair karena kualitas pendidikannya sangat bagus dan fasilitasnya lengkap. Unair juga kampus top dunia,” ujarnya, dilansir dari laman Unair.

Baca juga: Peringati Hari Kartini, Dosen Unair: Perempuan Perlu Berdikari di Era Digital

Iin memilih dua program studi di Unair yakni D4 Teknologi Radiologi Pencitraan dan D3 Keperawatan. Ia menjelaskan alasannya memilih jurusan tersebut karena ingin kembali ke Timika dan mengabdi di daerah asalnya, yang menurutnya masih sangat membutuhkan tenaga profesional di bidang radiologi.

“Saingannya juga tidak terlalu banyak di sana. Saya ingin setelah lulus bisa bekerja dan berkontribusi di Timika,” tambahnya.

Tak ada bimbel, sekolah tidak mendaftarkan SNBP

Untuk mempersiapkan UTBK, Iin belajar mandiri sejak Maret 2025. Ia mengandalkan berbagai sumber belajar mulai dari buku rangkuman soal, konten edukatif di Instagram, WhatsApp, Google, hingga menonton video latihan soal di YouTube.

“Karena di sekolah tidak terlalu banyak persiapan, jadi saya belajar sendiri setiap hari,” katanya.

Paman yang mendampingi Iin ke Surabaya, juga seringkali membantu Iin dalam menempuh pendidikan.

Di Papua, tidak ada bimbingan belajar. Sehingga paman Iin membelikan buku dari Jawa dan mengirim ke Papua agar Iin bisa belajar. Sekolah Iin bahkan tidak mendaftarkan siswa untuk SNBP. Jadi semua siswa harus berjuang sendiri kalau mau kuliah.

Baca juga: Gagal Seleksi Bakat Skolastik, Pendaftar LPDP Tahap 1 Bisa Daftar Beasiswa S2 ke Tiongkok

Di sana juga ada keterbatasan akses informasi dan infrastruktur pendidikan disana. Internet dan listrik sering mati. Setelah pulang sekolah, siswa biasanya berjualan di bandara. Tidak banyak yang berpikir lanjut kuliah. Kalau bukan anak asli Papua yang dapat beasiswa, maka yang lain harus berusaha sendiri.

Sementara, Iin harus menempuh jarak rumah ke sekolah sekitar satu jam, dan setiap hari Iin harus berebut angkutan umum untuk bisa sampai ke sekolahnya di Pusat Kota Timika.

Iin menyampaikan harapannya agar bisa lolos UTBK dan menjadi bagian dari UNAIR, terutama di jurusan impiannya.

“Saya berharap nilai UTBK saya bagus, dan diterima di Unair, serta ikut tinggal di asrama. Itu akan jadi langkah besar bagi saya,” tutup Iin dengan penuh harap.

Close Ads X