KOMPAS.com - Salah satu lembaga bimbingan belajar (Bimbel) di Yogyakarta diduga terlibat kecurangan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes ( UTBK SNBT) 2025.
Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB, Prof Eduart Wolok mengatakan dugaan terlibatnya bimbel di Yogyakarta setelah panitia melakukan pendalaman diseluruh pusat UTBK SNBT.
"Dicurigai Keterlibatan ada salah satu lembaga pembinaan belajar di Yogyakarta yang memobilisasi peserta," kata Prof Eduart Wolok, dari Konferensi Pers SNPMB: Kecurangan yang Terjadi selama Pelaksanaan UTBK SNBT 2025 Sesi 1-12, melalui tayangan live YouTube SNPMB ID pada Selasa, (29/4/2025).
Baca juga: Pegawai Unej Jadi Oknum Kecurangan UTBK SNBT 2025, Sanksinya Dipecat
Pada awal pelaksanaan UTBK SNBT 2025 saja muncul 4.000 anomali, atau nama-nama peserta yang diduga terlibat kecurangan.
"Masih belum mengetahui apakah dari 4.000 anomali termasuk salah satunya berkaitan dengan bimbel di Yogyakarta ini," kata dia.
Eduart menjelaskan peserta ujian anomali tersebut dicurigai, sebab domisili, asal sekolah, kampus tujuan, dan lokasi UTBK semuanya berada di daerah yang saling berjauhan.
Ia memberi contoh dengan adanya peserta yang merupakan lulusan SMA di Semarang, memilih kampus tujuan di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), namun melaksanakan UTBK di Medan.
"Apakah ini salah? Tidak salah, selama memang bisa dibuktikan, tidak salah," katanya.
Baca juga: Dugaan Kecurangan di 13 Pusat UTBK SNBT 2025, Ada 50 Peserta 10 Joki
Namun, penemuan panitia membuktikan ada data anomali serupa di lokasi lainnya, di mana peserta tersebut tidak hadir saat ujian dan kebetulan dalam waktu yang sama terdapat masalah pada komputer yang seharusnya digunakan oleh peserta tersebut.
"Ada keterlibatan jaringan yang memanfaatkan UTBK untuk kepentingan bisnis tertentu dan sebagainya. Ini disinyalir, sekali lagi ini dugaan, karena itu bukan bagian kami untuk memutuskan itu," katanya.
Eduart menjelaskan, modus dari bimbel di Yogyakarta ini bisa jadi dari dua hal.
Pertama, menyediakan joki pengganti peserta UTBK. Kedua, pihak bimbel sengaja mengikuti UTBK tahun ini untuk merekam soal-soal yang digunakan sebagai bahan bimbingan tahun berikutnya, termasuk membuat pola belajar dan buku latihan.
"Itu kan klaim bimbel selalu 100 persen lulus UTBK. Nah secara analisis, agak menjadi tanda tanya. Karena Tes Potensi Skolastik itu kan menguji sisi skolastik peserta dan tergantung dari si peserta itu sendiri. Bagaimana (bimbel) bisa menjamin 100 persen peserta lulus?" tanyanya.
Baca juga: Pelaku Kecurangan UTBK SNBT Terancam Tak Bisa Kuliah di PTN
Kecurigaan kepada salah satu lembaga bimbel tersebut, jelas Eduart, juga diperkuat dengan adanya lembaga bimbel yang masih melakukan bimbingan hingga 5 Mei 2025, bertepatan dengan tanggal selesainya ujian UTBK SNBT.
"Padahal lazimnya kalau dulu kita bimbel yang benar itu satu minggu menjelang pelaksanaan UTBK kan selesai," ujarnya.
Eduart juga mengatakan praktik joki dan bimbel yang terlibat sulit diberantas apabila masih ada pasar atau konsumennya.
"Proses ini melibatkan biaya tidak sedikit. Berarti melibatkan orangtua. Ini yang kami berharap betul, selama ada permintaan jasa maka modusnya berkembang dari waktu ke waktu," katanya.
Baca juga: Ombudsman RI Buka Posko Online Pengaduan Kecurangan UTBK SNBT 2025, Identitas Pelapor Dirahasiakan
Ia mengatakan jasa perjokian dan kecurangan ini akan bersih apabila semua peserta sadar UTBK SNBT adalah seleksi yang fair.
"Mengapa kami himbau sportif, toh panitia menyediakan layanan try out, contoh soal juga. Tapi biasa, ada protes. Contoh soal kok tidak sama. Ya tapi kan model, pola bisa dilihat dari situ," kata dia.
"Semua ini enggak akan ada andaikan memang peserta UTBK dan orang tua dari peserta UTBK itu memang merasa sadar betul bahwa tes UTBK SNBT ini adalah tes yang harusnya dilalui dengan penuh kejujuran dan integritas," pungkasnya.