Menderita Aritmia, Rasyiida Pakai Alat Pacu Jantung Saat Ikut UTBK SNBT 2025

Kompas.com - 01/05/2025, 12:29 WIB
Peserta UTBK SNBT 2025  Rasyiida mengalami aritmia atau gangguan irama atau detak jantung tidak teratur, sehingga menggunakan alat pacu jantung atau pacemaker. Tangkap layar laman UnesaPeserta UTBK SNBT 2025 Rasyiida mengalami aritmia atau gangguan irama atau detak jantung tidak teratur, sehingga menggunakan alat pacu jantung atau pacemaker.

KOMPAS.com - Mengikuti UTBK SNBT 2025 (Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) bisa menjadi salah satu cara kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN).

Sehingga ribuan siswa pun mencoba mengikuti UTBK SNBT 2025 dan tentunya berharap lolos di PTN incarannya.

Salah satunya Syaibah Rasyiida Sholica yang mengikuti UTBK SNBT 2025 di Laboratorium Komputer Fakultas Psikologi (Fpsi) Universitas Negeri Surabaya ( Unesa), Kampus 2 Lidah Wetan, pada Senin, 28 April 2025 lalu.

Gadis yang akrab disapa Rasyiida itu tampak antusias mengikuti tes sesi pagi kendati dengan kondisi mengalami permasalahan jantung.

Baca juga: Kecurangan Peserta UTBK di Undip: Selundupkan Ponsel di Balik Kerudung

Rasyiida, peserta UTBK SNBT 2025 mengalami aritmia

Rasyiida mengalami aritmia atau gangguan irama atau detak jantung tidak teratur, sehingga menggunakan alat pacu jantung atau pacemaker.

Rasyiida bercerita, ia didiagnosa menderita aritmia sejak duduk di bangku TK, yang disebabkan karena bawaan atau disebut penyakit jantung bawaan (PJB).

"Bawaan dari lahir. Ayah saya berprofesi sebagai tukang, meninggal karena penyakit jantung. Jadi saya bersama saudara yang lain dibesarkan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga,” ucap Rasyiida dikutip dari laman Unesa, Kamis (1/5/2025).

Alumnus SMK YPM 3 Taman itu memilih Prodi D4 Keuangan dan Perbankan Universitas Airlangga (Unair), dan S-1 Ekonomi Islam serta S-1 PGSD Unesa pada jalur UTBK 2025.

Dia berharap, hasil tesnya tersebut maksimal sehingga bisa diterima di prodi impiannya tersebut.

"Harapan terbesar saya, tentunya diterima UTBK di pilihan terbaik yang menjadi rezeki saya. Kalaupun memang belum menjadi takdir saya, gap year satu-satunya jalan untuk kembali mengejar UTBK tahun depan," ungkap Rasyiida.

Terkait kondisi peserta tersebut, tim medis dan tim skrining di lokasi sudah melakukan pemeriksaan kesehatan Rasyiidia.

Baca juga: Pegawai Unej Jadi Oknum Kecurangan UTBK SNBT 2025, Sanksinya Dipecat

Selain itu, yang bersangkutan dan juga memastikan bahwa alat pacu jantung yang dibawa tidak terindikasi sebagai alat penyadap atau perekam, dan sejenisnya.

Antusiasme juga ditunjukkan peserta lainnya yang datang dari luar daerah. Muhammad Rofiq Prasetyo, peserta asal Jawa Tengah datang ikut tes dengan harapan besar diterima di Unesa untuk membanggakan kedua orang tuanya.

Agar bisa lolos, ia mengatakan sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan belajar, latihan mengerjakan soal, termasuk ikut simulasi untuk memahami komponen materi ujian.

"Saya rasa sudah maksimal, semoga bisa lolos," ucapnya penuh harap.

Muhammad Fauzan Atallah memilih ITB (Institut Teknologi Bandung) dan UI (Universitas Indonesia) pada UTBK 2025 namun mengikut tes di Unesa.

Baca juga: Mengapa Muncul Istilah Sains di Subtes Literasi Bahasa Indonesia UTBK 2025?

Dia menyampaikan persiapannya agar bisa lolos di kampus impiannya tersebut. Persiapan dilakukan dengan belajar menjawab soal-soal berdasarkan jenis materi tes. Ia mengungkapkan pengalamannya tes di Unesa.

“Tesnya lancar dan nyaman. Semoga saya bisa diterima di kampus pilihan saya. Saya tes di sini (Unesa), karena orangtua menetap di Surabaya untuk urusan pekerjaan,” ucapnya.

Close Ads X