Ragam Kecurangan UTBK, Bayar Joki Ratusan Juta untuk Masuk Kedokteran

Kompas.com - 27/05/2025, 17:51 WIB
Ketua Umum Tim Penanggungjawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (27/5/2025). ANTARA/Sean Filo MuhamadKetua Umum Tim Penanggungjawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

KOMPAS.com – Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok mengungkapkan bahwa pihaknya kini tengah menyelidiki ratusan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025. Temuan ini muncul dari hasil deteksi oleh sejumlah universitas dan data internal SNPMB.

“Ini sementara kita rekap informasi dari teman-teman rektor karena masih terus didata,” kata Eduart saat ditemui di Ruang Auditorium, Gedung Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Selasa (27/05/25).

Ia menegaskan bahwa laporan tertulis dari perguruan tinggi masih ditunggu sehingga identitas para pelaku belum bisa dipublikasikan.

“Kalau ditanya siapa saja, namanya saja saya belum tahu gitu, tapi yang pasti sudah dilaporkan oleh rektor dengan memberikan sanksi dan sebagainya itu sudah ada,” lanjutnya.

Baca juga: Beasiswa S3 Dihentikan, Sejumlah Dosen Unjuk Rasa di Kemdiktisaintek

Dugaan keterlibatan jaringan pelaku yang terorganisir

Menurutnya, pelanggaran pada pelaksanaan UTBK 2025 tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa aktif, tetapi juga melibatkan alumni.

Eduart menjelaskan bahwa praktik kecurangan terbagi dalam dua bentuk, yaitu bersifat personal dan secara jejaring. Bahkan, dugaan keterlibatan jaringan terorganisir kini tengah dalam penyelidikan lebih lanjut.

“Di minggu depan kita akan berkolaborasi untuk berdiskusi dengan teman-teman dari aparat hukum. Baik dari Mabes Polri dan yang terkait, terkait langkah dan tindak lanjut untuk informasi yang sudah kita dapatkan,” jelasnya.

Karena perlu diingat bahwasannya ketika kita mengikuti proses UTBK semua itu kan tercatat. Di dalam kita memiliki data semua peserta yang 860.976 ini gitu. Sehingga apabila ada kecurangan itu bisa kita deteksi gitu.

Hingga saat ini, jumlah total pelanggaran yang terdeteksi mencapai ratusan pelaku. “Kalau total pelanggaran dari peserta itu di ratusan,” ujarnya.

Baca juga: Panitia SNPMB: Kecurangan UTBK SNBT 2025 Terstruktur dan Masif

Pelanggaran tersebar luas di berbagai wilayah, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Semua daerah ini menunjukkan adanya upaya-upaya kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025

Temuan ini mengindikasikan bahwa kecurangan bukan hanya insiden yang terisolasi, melainkan upaya yang terstruktur dan masif.

Adanya jejaring yang terstruktur tersebut mendorong Panitia SNPMB untuk meminta aparat hukum menindaklanjuti hasil temuan di lapangan.

“Teman-teman dari aparat hukum bisa menindaklanjuti dengan lebih detail ya. Karena memang kita memiliki keterbatasan akses untuk itu,” lanjut Eduart.

Penggunaan AI untuk pemalsuan jadi modus baru

Eduart juga menyoroti munculnya modus kecurangan baru yang memanfaatkan teknologi canggih seperti rekayasa kecerdasan buatan (AI) dan pemalsuan kartu peserta. AI utamanya digunakan untuk merekayasa foto pada kartu peserta.

Namun, panitia SNPMB sendiri telah menyiapkan sistem verifikasi yang ketat untuk hal ini, seperti penggunaan kode khusus dan barcode untuk mendeteksi anomali dan ketidaksesuaian antara barcode dengan kartu yang dibawa peserta.

Baca juga: Prodi Humaniora Spesifik Kurang Diminati Peserta UTBK SNBT 2025

“Misalnya ada peserta menyampaikan kartunya, dia ujian di pusat UTBK A gitu. Dia tidak sadar kita memiliki kode, baik di penomoran maupun barcode itu yang menyatakan dia tidak ada di pusat A, tetapi di pusat lainnya gitu. Jadi ini bentuk-bentuk dari standar operasional kita untuk melakukan mitigasi terhadap kecurangan,” jelasnya.

Beberapa universitas telah mengambil langkah tegas. Universitas Hasanuddin misalnya, melaporkan sekitar 10 kasus kecurangan yang kini telah diproses secara hukum, dan beberapa pelaku bahkan sudah ditahan.

Meski begitu, keterkaitan mereka dengan jaringan kecurangan yang lebih besar masih dalam tahap penyelidikan.

Kecurangan di UTBK bernilai hingga ratusan juta

Salah satu aspek mencolok dari temuan ini adalah nilai uang yang diduga terlibat dalam proses kecurangan.

Eduart menyebut, meski pihaknya belum bisa memastikan total nilai transaksi secara keseluruhan, laporan yang masuk menunjukkan angka yang fantastis, yaitu ratusan juta rupiah untuk satu kursi di prodi favorit.

“Nilai perputarannya kita belum ketahuan, tetapi memang sudah ada yang melaporkan untuk transaksi ya, terkait misalnya untuk prodi-prodi favorit itu bisa mencapai ratusan juta,” jelasnya.

Baca juga: SNBT 2025, Panitia Temukan Ratusan Kasus Kecurangan

Eduart juga menyoroti bahwa beberapa kampus favorit terindikasi menjadi tujuan dari pelaku kecurangan, dengan fakultas favorit seperti kedokteran menjadi tujuan utama.

“Yang nilainya ratusan juta, mayoritas ada di kedokteran. Mayoritas memilih prodi kedokteran,” kata Eduart.

Hal ini menjadi peringatan keras, bahwa seleksi masuk perguruan tinggi kini tidak hanya menjadi medan perjuangan akademik, tetapi juga ladang praktik culas yang mengabaikan nilai kejujuran dan keadilan.

Tekanan, ambisi, dan komersialisasi joki

Ketika ditanya soal motif para pelaku, Eduart enggan berspekulasi. Ia hanya mengatakan bahwa kecurangan terjadi karena adanya permintaan dari peserta. Namun, ia juga tak memungkiri adanya permintaan dari calon peserta atau orang tua yang secara tidak langsung mendorong munculnya layanan ilegal semacam ini.

“Sekali lagi karena ada permintaan makanya layanan ini disediakan. Saya tentu sangat menyayangkan kalau ada anak kita atau orang tua diproses dengan nilai fantastis gitu sangat disayangkan. Padahal kita berikan kepercayaan lah kepada anaknya yang mampu akan lebih fair,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa SNPMB dan Kementerian tidak akan menolerir praktik ini. Integritas seleksi harus dijaga demi memberi kesempatan yang adil kepada seluruh peserta.

“Anak-anak sudah belajar keras, tapi dikalahkan oleh sistem dan uang. Itu sangat disayangkan,” ucapnya lirih.

Baca juga: Beasiswa S2 STEM ke Malaysia, Bisa Kuliah Gratis dan Ada Uang Saku Rp 13 Juta

Evaluasi berlapis, tak hanya saat ujian

Dalam menghadapi fenomena ini, SNPMB telah menyiapkan sistem mitigasi berlapis. Tidak hanya saat pelaksanaan UTBK, tetapi juga setelah peserta dinyatakan lulus. Evaluasi akan tetap dilakukan untuk menguji integritas setiap proses.

“Bisa saja mitigasi kami belum 100 persen sempurna sehingga itu kita katakan tadi, kita melakukan monitoring evaluasi itu berlapis. Peserta sudah lulus tes pun akan tetap kita lakukan evaluasi terkait dengan integritas pelaksanaan UTBK,” kata Eduart.

Eduart menegaskan bahwa pihaknya akan terus bekerja sama dengan aparat hukum untuk mengungkap “otak” di balik jaringan kecurangan ini. Jika nanti ditemukan oleh penyidik, nama-nama tersebut akan diumumkan ke publik dan ditindak secara hukum.

“Arahan dari Pak Menteri jelas, praktik ini tidak boleh ditolerir. Harus diusut tuntas,” pungkasnya.

 

Close Ads X