Anak Gagal UTBK? Orangtua Jangan Ngomong Ini

Kompas.com - 02/06/2025, 17:35 WIB
Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Tahun 2025 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/4/2025). UnsPeserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Tahun 2025 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/4/2025).

KOMPAS.com – Banyak remaja yang merasa sedih dan kecewa karena tidak lolos Ujian Tulis Berbasis Komputer ( UTBK).

Meskipun sudah bekerja keras, terkadang hasil yang diterima tidak sesuai dengan keinginan.

Ketika menghadapi remaja yang gagal UTBK, orangtua perlu memerhatikan apa yang mereka bicarakan agar tidak menyinggung perasaan anak.

Baca juga: 3 Cara Mendukung Anak yang Gagal UTBK, Jangan Dimarahi

“Marah-marahin, ngomelin kayak ‘ya sudah, memang kamu enggak bisa’. Itu merendahkan anak,” ungkap psikolog anak di Mykidz Clinic Gloria Siagian, M.Psi. kepada Kompas.com, Minggu (1/6/2025).

Merendahkan anak berdampak buruk terhadap cara mereka memandang diri sendiri, termasuk dapat membuat mereka mengecilkan harga dirinya.

Walaupun anak terlihat kurang berusaha sepanjang proses mengerjakan UTBK, bukan berarti orangtua bisa leluasa merendahkan mereka.

Menurut Anggi, sapaan akrabnya, cara ini masih dilakukan oleh beberapa orangtua supaya anak lebih rajin belajar jika ingin mengikuti UTBK di lain waktu.

“Padahal enggak begitu juga sih caranya untuk memacu anak supaya lebih rajin. Enggak dengan cara mengecilkan harga diri anak kayak, ‘mama lihat kamu juga malas-malasan. Ya pasti lah gagal’,” ucap dia.

Tidak memercayai keputusan anak

Hal lainnya yang sebaiknya tidak dibicarakan adalah mengomentari jurusan yang dipilih anak dalam UTBK. Ini sama saja dengan tidak memercayai keputusan mereka.

Tidak ideal bagi orangtua untuk melakukan hal tersebut. Sebab, orangtua adalah lapisan pertama dalam support system yang dimiliki anak.

“Kayak ‘mama sudah bilang, kamu jangan pilih (jurusan) yang itu, tapi kamu masih pilih, ya mana bisa (lolos)’, ‘kamu sih enggak mau nurut’, ‘kamu sudah dibilang jangan pilih jurusan yang itu’. Itu mengecilkan harga diri anak,” papar Anggi.

Ayah dan ibu seharusnya mengapresiasi segala usaha yang telah dilakukan anak, serta menyemangati bahwa gagal dalam UTBK bukanlah akhir dari segalanya.

Baca juga: Tak Cuma Anak, Orangtua Juga Harus Belajar Regulasi Emosi

“Kita kan mau menginspirasi anak, memotivasi anak. Remaja itu otaknya masih wired dengan emosi. Kalau kita merendahkan, mengecilkan harga dirinya, itu melukai emosinya dan dirinya. Buat apa?” lanjut Anggi.

Sebaliknya, orangtua harus membantu anak memproses kegagalannya. Selain mengapresiasi dan menyemangati, ayah dan ibu bisa memvalidasi perasaan anak.

Memvalidasi perasaan anak bakal membuat mereka lebih terbuka dengan orangtua terkait kegagalannya. Di sini, orangtua bisa membantu mencarikan solusi.

Langkah tersebut juga berguna untuk kehidupan perkuliahannya, terutama ketika gagal mendapat nilai bagus dalam mengerjakan tugas atau ujian.

“Proses kegagalan ini kita bantu, sebagai orang dewasa yang sudah bisa berpikir secara logis, untuk memahami perasaan mereka, bagaimana selanjutnya. Tapi, jangan langsung ketika hari itu (pengumuman gagal UTBK). Beri jeda untuk anaknya,” pungkas Anggi.

Baca juga: Cara Menolak Saran Orangtua Tanpa Menyakiti Hati, Pakai Sandwich Method

Close Ads X