KOMPAS.com - Pengumuman hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer ( UTBK) Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) telah diumumkan pada Rabu lalu (28/5/2025).
Bagi peserta yang dinyatakan lulus, boleh mengikuti tahap berikutnya yaitu verifikasi dokumen dan melakukan daftar ulang di masing-masing perguruan tinggi negeri (PTN).
Sementara itu, peserta yang tidak lulus masih memiliki kesempatan untuk mengikuti seleksi ujian mandiri PTN maupun kampus swasta.
Selain itu, mereka yang tidak lulus UTBK juga dapat memilih opsi untuk mengambil gap year.
Dilansir dari Kompas.com (27/9/2021), gap year merupakan suatu periode ketika seseorang memutuskan mengambil jeda dari proses pendidikan formal, baik di tengah masa sekolah ataupun sebelum memasuki masa kuliah.
Lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang memilih tidak langsung melanjutkan kuliah ketika lulus disebut sedang mengambil gap year atau sabbatical year.
Umumnya, pelajar memutuskan gap year karena berbagai pertimbangan seperti faktor ekonomi dan merasa belum menemukan jurusan yang cocok.
Sebenarnya, apa saja yang perlu dipertimbangkan seseorang sebelum mengambil gap year?
Baca juga: Gagal UTBK SNBT 2025? Ini Jadwal Pendaftaran Jalur Mandiri UNS, UNY, Unpad, dan Unesa
Pengamat Pendidikan, Ina Liem, berpendapat bahwa anak-anak yang tidak lulus SNBT sebaiknya tidak memutuskan gap year dengan terburu-buru.
Terlebih, apabila keputusan gap year dilakukan tanpa memiliki rencana yang matang dan hanya didasari oleh anggapan "akan lolos pada tahun depan".
Ina melanjutkan bahwa terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan gap year.
"Jangan hanya berorientasi pada 'lolos tahun depan', tapi pertimbangkan juga apakah jurusan dan kampus yang dipilih tahun ini benar-benar sesuai profil masing-masing?" terang Ina saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/6/2026).
Pertanyaan yang perlu menjadi bahan pertimbangan kedua yaitu mengenai alternatif kampus swasta atau program pendidikan lain yang mungkin sama berkualitasnya dengan perguruan tinggi negeri.
"Kedua, apakah ada alternatif lain seperti kampus swasta berkualitas, vokasi, atau program luar negeri yang mungkin lebih cocok?" lanjut Ina.
Ia menambahkan, kuliah di luar negeri tidak selalu lebih mahal di zaman sekarang.
Selain itu, Ina juga mengimbau agar orang tua lebih terbuka dengan berbagai pilihan dan tidak terlalu mempermasalahkan nama universitas.
"Coba lebih open minded, jangan sekadar mengejar gengsi dan nama universitas," kata dia.
"Untuk para orang tua, perlu diingat, apa yang membawa kesuksesan (di) zaman orang tua dulu, belum tentu masih relevan pada era saat ini dan ke depan," sambungnya.
Baca juga: Tidak Lolos UTBK SNBT 2025? Berikut Jadwal Pendaftaran Jalur Mandiri UGM, UI, dan ITB
Selanjutnya, menurut Ina, gap year dapat menjadi pilihan yang tepat apabila diisi dengan kegiatan yang produktif dan tidak asal-asalan.
"Ya betul, gap year yang produktif bisa jadi titik balik, tapi gap year yang asal-asalan justru bisa memperlebar jarak dengan impian. Ini kesempatan untuk memetakan diri," terang Ina.
Berikut rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan anak-anak selama gap year menurut Ina:
Ina menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan konsultan karier.
"Meskipun tadinya yakin dengan jurusan yang dipilih, ada baiknya terbuka dengan masukan dari pihak ketiga, jangan-jangan ada pilihan karier yang terlewat dan belum dipertimbangkan," tutur dia.
Selanjutnya, Ina juga mengimbau anak-anak untuk melakukan riset terlebih dahulu mengenai pilihan program pendidikan yang lain, misalnya di luar negeri.
"Kedua, riset, riset, dan riset,"ujar dia.
"Siapa tahu ada pilihan lain yang ternyata lebih menarik, misalnya program ausbildung dari Jerman, di mana kita bisa belajar sambil kuliah dan digaji," lanjutnya.
Dengan demikian, waktu gap year yang diawali untuk persiapan bahasa Jerman.
Terakhir, Ina menyarankan mengisi waktu gap year untuk mengeksplor kemampuan diri lebih jauh.
"Opsi lain untuk eksplorasi diri, bisa mencoba magang, ikut pelatihan, atau volunteer," imbuh dia.