Survei: Dua Metode Belajar Ini Tingkatkan Peluang Lolos UTBK

Kompas.com - 22/01/2021, 15:03 WIB
UTBK 2020 di UGM Dok. UGMUTBK 2020 di UGM

KOMPAS.com - Melalui sebuah survei yang melibatkan 15.000 pengguna, platform edukasi Zenius menemukan bahwa siswa yang menerapkan prinsip pembelajaran aktif dan metode belajar ‘spaced repetition’ atau pengulangan berjarak memiliki peluang lebih besar untuk lulus Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

Secara umum, UTBK akan menguji keterampilan kognitif, penalaran kuantitatif, dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Artinya, pemahaman konseptual yang mendalam dinilai memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan siswa daripada hafalan materi.

Baca juga: BCA Buka Beasiswa Pendidikan, Kuliah Gratis dan Uang Saku Bulanan

Hanya saja, kini banyak siswa di Indonesia yang memiliki tantangan dalam menaklukkan UTBK dan mengembangkan penguasaan mata pelajaran secara mendalam karena masih menggunakan metode belajar pasif, di mana kebanyakan siswa hanya duduk dan mendengarkan pelajaran.

Mengenal metode pembelajaran aktif

CEO Zenius Rohan Monga mengatakan, UTBK merupakan ujian keterampilan berpikir dan penguasaan konsep, sehingga penting bagi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran aktif.

"Kami menemukan bahwa sekitar 80 persen dari 15.000 pengguna Zenius yang lulus UTBK Juli lalu telah menggunakan metode pembelajaran aktif. Rata-rata, masing-masing dari mereka juga menjawab sekitar 400 pertanyaan atau sekitar 13 pertanyaan per video konsep yang ada di Zenius," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

Baca juga: Hal Sepele yang Bisa Membuat Calon Mahasiswa Gagal SNMPTN-SBMPTN 2021

Pembelajaran aktif mengacu pada metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan siswa melalui interaksi dan eksplorasi materi pembelajaran yang lebih tinggi.

Siswa yang secara efektif menerapkan metode pembelajaran aktif biasanya akan belajar dengan melakukan latihan, diskusi terbuka, mengajarkan teman-teman, atau lebih kompleks lagi, mempelajari studi kasus.

Dengan melibatkan diri dalam interaksi yang lebih berkualitas dengan materi pembelajaran mereka, siswa dapat memperkuat pemahaman dasar mereka dan mampu menghubungkan materi yang baru dipelajari dengan apa yang mereka dapat sebelumnya secara lebih mendalam, sehingga bisa mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis.

Penerapan prinsip pembelajaran aktif juga sejalan dengan artikel berjudul “The Neuroscience of Active Learning” oleh Claire Hoogendoorn dari New York City College of Technology.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 Brunei, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 6 Juta Per Bulan

Page:
Close Ads X