UI atau UGM mungkin adalah kampus ternama, tetapi pilihan lainnya seperti Universitas Brawijaya atau UIN juga tak kalah baiknya.
Jangan hanya terpaku pada pilihan pertama, tetapi berikan banyak pilihan yang sesuai dengan minat dan bakat anak.
Keluarga juga memiliki faktor penting karena biasanya ada persepsi yang ingin dipenuhi oleh anak.
Michelle Muratori, penasihat senior di Johns Hopkins Center for Talented Youth, mengatakan, orangtua juga harus paham bahwa ada banyak faktor yang menentukan penerimaan mahasiswa.
Misalnya saja jumlah pelamar, passing grade atau karakter siswa seperti apa yang dicari oleh kampus. Karena itu sulit untuk mememastikan anak akan benar-benar lolos seleksi atau tidak.
Baca juga: Orangtua Perlu Membiarkan Anak Merasakan Kegagalan, Mengapa?
Orangtua harus tetap tenang saat anak gagal masuk ke perguruan tinggi tujuannya. Anak adalah yang paling terdampak dan berhak untuk merasa paling kecewa, bukan orangtuanya.
Meski demikian, jangan abaikan perasaan negatif anak dan tawarkan dukungan emosional. Biarkan mereka berduka, tetapi jangan terlalu lama dan terlalu personal.
Jika sudah terlalu mengkhawatirkan dan mengganggu kepercayaan diri anak, yakinkan bahwa kegagalan ini bukan berarti mereka bodoh atau tidak beruntung.
Sampaikan bahwa ini merupakan proses yang biasa dan paparkan fakta yang mendukung bahwa mereka tidak seburuk pikiran mereka.
Anak harus segera diajak move on pada rencana selanjutnya dibandingkan fokus pada kegagalannya. Misalnya tak lolos SNMPTN maka ada pilihan lain seperti SBMPTN, Seleksi Mandiri atau masuk universitas swasta yang tak kalah berkualitas.
Ajak anak untuk membangun rencana berikutnya apakah mereka tetap ingin kuliah, bekerja atau pilihan lainnya. Para pakar berpendapat jika anak usia 17 dan 18 tahun relatif cepat bangkit dari kegagalan.
Karena itu mudah melupakan pengalaman buruk itu jika mereka sudah kembali bersemangat pada hal baru yang akan dilakukan.
Baca juga: Yang Harus Dilakukan Orangtua Saat Anak Gagal Masuk Sekolah Tujuan