Dampak lain yang ditimbulkan ketika mengabaikan sarapan adalah lambung menjadi kosong terlalu lama. Hal ini akan memicu meningkatnya asam lambung sehingga dapat menimbulkan mual, dan muntah.
Asupan gizi ke tubuh juga akan berkurang, sehingga kadar gula darah menjadi sangat rendah.
“Pada kondisi tertentu dapat menimbulkan gejala timbul keringan dingin, mata berkunang-kunang, lemas, bahkan pingsan,” tutur Siska.
Selain itu, melewatkan sarapan dapat mengganggu suasana hati dan menurunkan produktivitas. Bagi peserta yang sedang menjalani program penurunan berat badan, melewatkan sarapan bukanlah hal bijak.
Hal ini akan memudahkan peserta untuk tergoda mengonsumsi makanan olahan tinggi kalori pada jam makan berikutnya.
“Hal ini makin meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan lain-lain,” ucap Siska.
Baca juga: 5 Program Beasiswa S1-S2 Inggris, Beri Biaya Kuliah hingga 100 Persen
Siska memaparkan, menu sarapan ideal sebaiknya mengandung bahan makanan sumber karbohidrat. Pilihan makanan bisa berupa nasi, tim, bubur, lontong, kentang, ubi, singkong, jagung, mie, atau roti.
Bahan makanan sumber protein hewani dan nabati seperti telur, ayam, ikan, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, hingga tempe, serta serat dari sayuran dan buah-buahan. Ketiga bahan makanan tersebut wajib ada dalam menu makan pagi.
Buah-buahan sendiri dapat menjadi makanan atau minuman penutup atau dapat dikonsumsi sebagai camilan selepas menjalani ujian.
“Bagi penyuka sereal, dapat memilih rolled oat dengan kandungan kacang dan buah-buahan, dikonsumsi dengan yoghurt/susu, atau dengan salad sayuran,” terangnya.
Peserta sebaiknya menghindari menu sarapan yang tidak lengkap.
“Makan dengan menu tidak lengkap sebaiknya dihindari. Misal hanya minum susu saja, tanpa ada sumber karbohidrat atau serat, atau hanya makan roti atau kue atau mi saja tanpa ada bahan makanan sumber protein dan serat,” pungkasnya.