4 Tips Pilih Jurusan Kuliah dari Psikolog UNS

Kompas.com - 27/06/2022, 09:25 WIB
Enam tanda yang bisa dilihat apakah jurusan kuliah yang dipilih sudah tepat. DOK. Humas Universitas BSIEnam tanda yang bisa dilihat apakah jurusan kuliah yang dipilih sudah tepat.
|

Tugas-tugas dari setiap aktivitas yang berhasil dikerjakan dengan baik juga bisa mengindikasikan keberadaan bakat. Selain itu, mengetahui bidang-bidang ilmu yang dipahami siswa juga dapat mempermudah mereka. Tuliskan juga bakat yang sudah dikenali berdasarkan prioritas.

Baca juga: Tips Memilih Jurusan Kuliah dan Hal yang Harus Dihindari

3. Cari info prodi dan bidang kerja

Cari informasi prodi dan bidang kerja berdasarkan pemetaan minat dan bakat telah ditelusuri sebelumnya. Siswa dapat menilai prodi dan bidang kerja mana yang mungkin dapat ditekuni nantinya. Tuliskan kembali informasi tersebut berdasarkan prioritas.

Setelah pemetaan selesai dilakukan, siswa bisa mempelajari pilihan prodi tersebut melalui situs web perguruan tinggi pilihan masing-masing.

Siswa dapat mencari informasi terkait profil prodi dan lulusannya. Afia mengimbau siswa agar melakukan riset seperti ini untuk menguatkan penentuan prodi pilihannya.

4. Simpulkan berdasarkan urutan prioritas

Simpulkan urutan prioritas prodi pilihan tersebut berdasarkan minat, bakat dan pengetahuan tentang prodi yang sudah diketahui.

Kesimpulan ini nantinya dapat mempermudah siswa mengetahui seperti apa prodi yang sesuai dengan dirinya.

Peran orangtua dalam memilih jurusan kuliah

Selain itu, orang tua juga turut memiliki peran yang cukup banyak dan penting dalam membantu kesuksesan anak mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru seperti sekarang.

Afia menekankan perlu adanya dukungan oleh orang tua, terutama dalam memberikan motivasi. Tujuannya adalah agar anak tetap memiliki kepercayaan diri dan makin bersemangat dalam menjalankan proses seleksi.

Baca juga: 9 Jurusan Kuliah Langka di Indonesia, Ada Pilihanmu?

Dukungan dapat diberikan dengan menjalin komunikasi yang intensif. Sebaiknya, komunikasi intensif ini dilakukan jauh-jauh hari sebelum proses seleksi. Misalnya mendiskusikan proses, persiapan, bahkan kegalauan yang sedang dirasakan oleh anak itu sendiri.

"Upayakan komunikasi yang dilakukan tidak menekan, tidak membuat stres. Orang tua itu sebaiknya memberikan kesempatan bagi anak untuk menyampaikan keinginannya atau kegalauannya," terang Afia.

Page:
Close Ads X