Ada lima strategi hemat energi yang digagas tim UI, yakni tempat parkir sepeda, fasad gedung yang performatif, penempatan panel solar, pembuatan roof garden, dan penempatan vertical green pada fasad gedung.
Nadhira menjelaskan, untuk menambahkan estetika pada bangunan, tim mengadopsi bentuk atap rumah suku Aborigin Australia yang berbentuk bulat untuk mempercantik gedung pada bagian fasad berbentuk melengkung.
"Selain itu kami juga memanfaatkan rumput asli Australia pada roof garden. Dengan luas green roof 7400 m2, gedung ini berpotensi menyerap 13,8 ton CO2 per tahun dan melepaskan sampai 10,6 ton O2 per tahun. Khusus untuk green roof kami menggunakan tanaman rumput asli Australia," ujarnya dalam keterangan tertulis UI.
Dosen Departemen Teknik Mesin yang merupakan pembimbing tim, Ardiyansyah Yatim mengatakan, anggota tim dari Teknik Mesin FTUI menyumbangkan pemikiran berupa perhitungan energi yang dibutuhkan untuk mendinginkan gedung saat musim panas serta energi yang dibutuhkan untuk memanaskan gedung saat cuaca dingin.
Baca juga: Mahasiswa ITS Gagas Pengontrol Pemurnian Biogas, Ini Keunggulannya
Perhitungan, lanjut dia, juga dilakukan terhadap elemen-elemen desain yang digunakan serta dampaknya dalam efisiensi energi gedung. Tujuannya agar udara dan cahaya panas dari luar minim sehingga suhu dalam gedung tetap terjaga.
Strategi ini terbukti mengurangi biaya pemakaian mesin pendingin ruangan dan kipas angin yang besarnya mencapai 64 persen dari kebutuhan total energi gedung.
Setelah berhasil menjuarai kompetisi ini, selanjutnya tim UI akan mengikuti pertemuan musim dingin ASHRAE 2023 yang rencananya dilaksanakan pada bulan Februari 2023 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
ASHRAE International adalah perkumpulan masyarakat profesional global yang berkomitmen melayani masyarakat dengan memajukan seni dan ilmu ventilasi pemanas, pendingin udara, pendinginan, dan bidang terkait.
Lembaga itu didirikan pada tahun 1894 dan berkantor pusat di Atlanta, Georgia, AS.