KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode 22: Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) guna memprioritaskan kebutuhan siswa dan menjunjung tinggi asas keadilan dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Nadiem menyebut, seleksi masuk PTN masih akan terbagi atas tiga jalur masuk, yakni Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk PTN ( SBMPTN), dan seleksi Mandiri PTN.
Meski begitu, Nadiem menyebut ada aturan baru dalam mekanisme seleksi pada setiap jalur. Salah satunya penghapusan tes mata pelajaran pada jalur SBMPTN.
Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard
Bila sebelumnya SBMPTN terdiri atas tes mata pelajaran tertentu, di SBMPTN 2023 akan berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Diungkapkan Mendikbudristek bahwa pada mekanisme SBMPTN yang lalu, ujian dilakukan dengan menggunakan banyak materi dari banyak mata pelajaran.
Secara tidak langsung, tes tersebut memicu turunnya kualitas pembelajaran dan peserta didik kurang mampu secara ekonomi menjadi lebih sulit untuk dapat sukses pada jalur ini.
Dijelaskan, tes mata pelajaran tertentu pada SBMPTN yang selama ini berjalan membuat siswa dan guru hanya fokus pada mata pelajaran tertentu dan mengabaikan mata pelajaran lain.
Baca juga: Kemendikbud Ubah Aturan Seleksi SNMPTN, SBMPTN, Jalur Mandiri PTN 2023
Kondisi ini pula yang membuat banyak siswa dan orangtua mengeluarkan biaya untuk bisa ikut bimbingan belajar untuk bisa mengerjakan soal UTBK. Ini menjadi tidak adil bagi siswa yang kurang mampu.
Nadiem berharap skema seleksi menjadi lebih adil dan setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk sukses pada jalur SBMPTN.
“Kali ini berbeda. Dalam seleksi ini, tidak ada lagi tes mata pelajaran, tetapi hanya tes skolastik yang mengukur empat hal yaitu potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Soal pada seleksi ini akan menitikberatkan kemampuan penalaran peserta didik, bukan hafalan,” ungkap Nadiem.