“Jadi ini seperti hanya memantau pola soal saja,” tambahnya.
Inu juga menekankan, kasus ini berbeda dengan praktik perjokian biasa.
“Kasus yang terjadi di Pusat UTBK Unpad ini bukan joki mengingat pelaku menggunakan identitas orang lain dengan cara mencuri dan tidak diketahui pemilik data aslinya.”
Kasus ini telah dilaporkan ke tim monitoring dan evaluasi (monev) internal Pusat UTBK Unpad.
Inu berharap temuan ini bisa dibawa ke tingkat nasional untuk pencegahan di masa depan.
Di sisi lain, penggunaan WA blast terbukti efektif menekan angka keterlambatan peserta datang ke lokasi ujian. Rafly menyebut hampir semua peserta hadir tepat waktu.
“Dari hari pertama hingga hari ini, tersisa 3 sesi lagi, hampir tidak ada yang datang terlambat. Hanya ada satu peserta yang datang di sesi siang padahal seharusnya ujian di sesi pagi, itu pun dia mengaku telah membaca WA blast dari panitia,” ungkapnya.
Kini, selain menjadi sarana pengingat, WA blast juga berperan dalam mendeteksi kecurangan identitas peserta yang bisa merugikan banyak pihak.