Dicky mengatakan, rapid test antibodi lebih tepat digunakan untuk tujuan surveilans, yaitu mencari yang pernah terinfeksi.
Rapid test antibodi termasuk tes serologi. Dicky menjelaskan, tes serologi dengan mengambil darah sebagai sampelnya untuk melihat antibodi.
Proses ini menurut Dicky tidak efektif untuk melihat seseorang apakah telah terinfeksi Covid-19 atau tidak. Penelitian baru-baru ini membuktikan hal tersebut.
Rapid test antibodi tidak efektif untuk menemukan kasus terkonfirmasi atau positif Covid-19. Karena tes ini hanya mendeteksi keberadaan antibodi dan bukan virusnya.
"Hasil positif dari suatu test antibodi menunjukkan seseorang pernah terinfeksi Covid-19. Artinya lagi masih perlu test PCR untuk memastikan
Isu lainnya yang belakangan banyak dibibahas adalah masih rendah sensitivitasnya, yaitu bisa positife palsu atau negatif palsu.
Sementara itu menurut Dicky rapid test antigen dinilai sedikit lebih efektif karena mampu mendeteksi seseorang terinfeksi Covid-19.
"Saran saya pemerintah mempercepat pengembangan test antigen saja atau yang RT-LAMP, karena murah, mudah, dan efektif juga," katanya.
Baca juga: Via Vallen Terkejut Rapid Tes Adiknya Non Reaktif tapi Tes Swab Positif Covid-19
RT-LAMP adalah reverse transcription loop mediated isothermal amplification. Itu merupakan tes isothermal nucleic acid amplification.
Menurut Dicky, akurasi RT-LAMP lebih tinggi dibanding rapid test karena metode ini khusus mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS-CoV-2.