Warga mengikuti tes cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di Lapangan Hoki, Jalan Dharmawangsa, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) telah melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 terhadap 34.021 orang serta tes usap (Swab Test) COVID-19 terhadap 4.637 orang di Surabaya sejak Jumat (29/5/2020) sampai Sabtu (20/6/2020) sebagai upaya untuk memutus rantai penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.Dia mengatakan, saat ini LIPI sedang mengembangkan RT-LAMP. Di banyak negara tes RT-LAMP disebut efektif.
Pada RT-LAMP, hasilnya bisa dilihat dengan mata telanjang, karena di alat tes akan muncul warna sebagai penanda. Selain itu akurasinya mendekati Real Time (RT) PCR.
Sampel untuk tes dengan cara RT-LAMP itu dapat menggunakan sampel serum, urin, saliva, swab nasofaring, dan swab orofaring dengan target oligonukleotida virus SARS-CoV-2.
Dicky juga mengatakan, di dunia saat ini sudah beredar tes dengan cara itu, terutama di USA dan sebagian Eropa.
"Dibandingkan rapid test antibodi tentu jauh lebih baik RT-LAMP," ujarnya.
Mengenai harganya, dilihat dari efektivitas alat tes yang termahal adalah Real Time (RT) PCR.
Sementara itu, masih dilihat dari efektivitas alat tesnya, RT-LAMP dinilai tidak semahal PCR.
Baca juga: Ahli Epidemiologi: Stop Rapid Test, Fokus Perbanyak Tes PCR
Jadi menurut Dicky keunggulan RT-LAMP adalah sebagai berikut:
Meski begitu, Dicky tetap menegaskan bahwa sampai saat ini RT-LAMP belum bisa menggantikan RT-PCR sebagai gold standar pemeriksaan Covid-19.