"Tidak ada kesulitan bergaul dengan kawan yang lebih tua, ngobrolnya tetap nyambung. Malah saya sering dibantu oleh kawan-kawan jika ada kesulitan," jelas Paramitha.
Hal serupa juga dialami M. Abdul Karim Al Hakim yang kuliah di Fakultas Kedokteran. Dia sehari-hari malah enjoy saat berteman dengan kawan-kawan yang lebih senior usianya.
"Dulu saat bersekolah di MAN 2 Kota Malang, kawan-kawan memberikan perhatian lebih kepada saya, mungkin karena dianggap adik. Malah jika saya tidak paham arti kalimat Bahasa Jawa maka kawan-kawan yang ngasih pemahaman," tuturnya.
Ini karena Hakim menghabiskan masa kecilnya di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Kini Hakim bersama keluarga tinggal di Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono, Sidoarjo.
Tetapi, Hakim menyelesaikan SMP dan SMA secara normal. Hanya saja, dia masuk SD di usia 5 tahun.
Dia menceritakan, ketika di SD Cendekia Taka Bulungan pada tahun 2015 saat duduk di kelas 5, ada kejadian jumlah siswa kelas 6 peserta Ujian Nasional dari SD kurang.
Lantas dia dites apakah layak ikut Ujian Nasional. Ternyata dinyatakan bisa ikut Ujian Nasional.
"Alhamdulillah saya lulus Ujian Nasional dan lanjut ke SMP walau usia masih 10 tahun," ungkap Hakim mengenang masa kecilnya di Kalimantan Utara mengikuti orang tuanya.
Dikatakan, Hakim memilih kuliah jadi dokter karena terinspirasi dari kakaknya, Sayyidah Auliany Aminy yang kuliah di FK Universitas Jember juga.
Baca juga: 6 Cara Menghubungi Dosen, Mahasiswa Baru Harus Tahu
"Awalnya saya ingin masuk ke Fakultas Teknik, tapi saya rasa jika masuk ke Fakultas Kedokteran maka kuliahnya bisa lebih mudah karena saya bisa bertanya dan belajar dari kakak saya," cerita Hakim.
Selama dua bulan penuh sebelum tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SBMPTN), Hakim belajar intens di bawah bimbingan kakaknya.
Dengan mengerjakan latihan soal dan mengikuti banyak kegiatan try out. Akhirnya Hakim diterima di FK Universitas Jember.