2. Maksimal 50 persen komponen penggali minat dan bakat:
PTN bisa menentukan komposisi persentase komponen 1 dan 2 dengan total 100 persen per subkomponen untuk Komponen 2 dan komposisi persentase bobotnya.
Baca juga: Lion Air Buka Lowongan Kerja Lulusan D3/S1 dari Banyak Jurusan
"Tidak ada lagi tes mata pelajaran," tegas Nadiem saat menjelaskan perubahan dalam penilaian SBMPTN.
Sebelumnya, untuk mengikuti SBMPTN siswa harus mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang mengukur pengetahuan dan pemahaman keilmuan yang diajarkan di sekolah, yakni:
Kini, hanya akan ada Tes Potensi Skolastik (TPS) yang berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran pemecahan masalah. Tes skolastik yang mengukur:
Baca juga: 8 Beasiswa Penuh S1-S3 di Bulan September-Oktober 2022, Segera Daftar
Alasan tidak ada tes mata pelajaran di SBMPTN, terang Nadiem, karena sebelumnya jalur SBMPTN mengujikan banyak materi dan banyak mata pelajaran. Selain itu, siswa pun hanya fokus pada mata pelajaran yang diujikan, sementara mata pelajaran lain menjadi dianggap tidak penting.
"Sebelumnya peserta didik harus banyak menghafal, guru kejar tayang untuk menuntaskan materi. Akhirnya, kurang menekankan pemahaman," kata Nadiem.
Ia mengatakan, guru menghabiskan waktu belajar untuk melatih peserta didik mengajarkan soal latihan UTBK, sehingga kualitas pembelajaran menjadi turun.
"Apalagi banyak peserta didik yang merasa harus mengikuti bimbingan belajar Sehingga peserta didik dari keluarga kurang mampu lebih sulit untuk masuk PTN," tambahnya.
SBMPTN perlu lebih inklusif dan adil untuk peserta didik dari keluarga kurang mampu.