Pengamat Pendidikan, Ina Liem, menanggapi bahwa fenomena kecurangan dalam UTBK, termasuk keterlibatan bimbel merupakan tanda bahwa akar masalah pendidikan belum dibenahi.
"Fenomena kecurangan dalam UTBK, termasuk keterlibatan bimbingan belajar, bukanlah kejadian pertama, dan sangat mungkin bukan yang terakhir, selama akar masalahnya belum dibenahi," terang Ina saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/4/2025).
Ina menjelaskan bahwa fenomena kecurangan UTBK bukanlah sekadar isu teknis, melainkan cerminan dari permasalahan karakter bangsa.
"Mentalitas jalan pintas yang tumbuh karena sistem yang selama puluhan tahun terlalu fokus pada angka dan nilai semata," ujar Ina.
Dia mengatakan bahwa paradigma pendidikan di Indonesia telah lama terjebak dalam praktik "teaching to the test".
"(Yaitu) di mana keberhasilan siswa diukur semata-mata dari skor, bukan dari kompetensi nyata atau integritas personal," jelasnya.
Baca juga: Viral, Video Peserta UTBK Kedapatan Tempelkan HP di Dada, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Ina berpendapat bahwa pendekatan belajar ini justru akan diperkuat lagi dengan kebijakan Kemendikdasmen yang menambah Tes Kemampuan Akademik (TKA) dalam seleksi masuk perguruan tinggi.
Padahal, menurutnya, kurikulum Merdeka sudah menawarkan alternatif yang lebih relevan dengan tantangan Industri 4.0, yakni melalui pembelajaran berbasis proyek, kolaboratif, dan kontekstual.
"Memang betul banyak guru belum siap. Tapi perkembangan industri tidak menunggu guru siap. Justru kita yang harus berlari mengikuti perkembangan zaman demi anak-anak kita," ujar dia.
"Jika kita ingin membentuk SDM unggul, pembenahan harus dimulai dari cara kita mendefinisikan makna 'berprestasi'. Bukan sekadar siapa yang lulus tes, tapi siapa yang mampu berpikir kritis, bekerja sama, dan menjunjung integritas," terang Ina.