Intensitas belajar, lanjut Rayhan, ditingkatkan hingga memakan waktu belasan jam dan berakibat kurangnya waktu istirahat.
"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.
Baca juga: Kisah Dokter Aris, Hampir 6 Bulan Tak Serumah dengan Keluarga karena Tangani Pasien Covid-19
Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya ketika sang ayah menghadap ke Sang Ilahi.
Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya.
"Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.
Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.
Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.
Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.
"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.
Baca juga: Kisah Bayu, Bos Sound System yang Kini Jualan Sayur demi Bertahan di Tengah Pandemi
Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental.