Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.
Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia.
Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.
Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).
Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.
"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.
Baca juga: Kisah Eks Pengawal Ayah Kim Jong Un yang Membelot, Kini Khawatir Nyawanya di Ujung Tanduk
Seolah olah, kata Rayhan, kebahagiaan yang ia peroleh pada 2019 digantikan menjadi sebuah ujian pada 2020 ini.
Ia sempat berpikir bahwa Sang Kuasa sangat mudah membalikkan keadaan manusia dari titik tertinggi (kebahagiaan) menjadi titik terendah (ujian dari Tuhan).
Namun, Rayhan juga berpikir bahwa Sang Pencipta uga akan mudah membalikkan kondisi seseorang dari titik terendah, menjadi titik tertinggi.