Budi mencontohkan sebuah SMA yang memiliki total siswa 100 orang (kelas XII) dengan akreditasi A, maka berhak mendapat kuota 40 persen untuk masing-masing jurusannya.
Sehingga jurusan IPA 40 persen, IPS 40 persen, dan seterusnya.
Dia juga mengatakan penghitungannya paralel, bukan kelas. Jadi walaupun misalnya jurusan IPA ada 6 kelas, tetap dihitung 40 persen dari total 6 kelas tersebut.
"IPA-nya ada 6, kita berbicaranya satu institusi sekolah tersebut, bukan kelas," ujarnya
Budi juga menjelaskan bahwa LTMPT menentukan kuota sekolah, tapi siapa saja yang bisa mendaftar dari jumlah yang sudah ditentukan itu adalah pihak sekolah.
"Yang menentukan 40 persen identik 40 orang itu LTMPT, tapi yang menentukan siapa saja 40 orang itu adalah sekolah," ujarnya.
Hal itu karena ada kemungkinan satu-dua siswa yang tidak mendaftar SNMPTN. Dia mencontohkan adanya siswa yang mendaftar sekolah di luar negeri, sehingga tidak mendaftar SNMPTN.
Baca juga: Berbeda, Ini Ketentuan Pilih Jurusan Kuliah di SNMPTN dan SBMPTN 2021
Sehingga tidak harus siswa yang rangking 1-40 dapat mendaftar SNMPTN. Bila ada yang tidak ingin mendaftar lewat jalur SNMPTN seperti kasus di atas, "kursi"-nya bisa dialihkan ke siswa lainnya.
Kemudian Budi menggarisbawahi bahwa siswa yang dipilih sekolah untuk bisa mendaftar SNMPTN itulah yang disebut eligible.
"Yang dipilih oleh sekolah tersebut adalah siswa yang eligible untuk mendaftar SNMPTN," pungkasnya.