"Kalo di sini kebetulan jarang ada yang ikut bimbel dari luar. Karena lokasinya jauh dari mana-mana. Jadinya cuma bisa dimaksimalin les tambahan di sekolah biasanya," kata dia.
Walaupun begitu, ia tidak keberatan jika UN diterapkan untuk siswa.
"Perlu sepertinya biar belajarnya lebih ekstra lagi, walaupun sejujurnya saya juga lebih seneng ga ada UN. Kalau capeknya sih selagi bareng-bareng sama temen, sepertinya masih bisa dilalui," kata dia.
Kemudian siswa lainnya seperti Zahrah Wafa, siswa SMA Negeri Lumajang kelas 10 mengatakan UN Itu perlu pertimbangan matang kalau diterapkan.
"Sejak kelas satu itu kan udah planning mau masuk kuliah jurusan apa. Nah kalau ada UN, ini bisa buat masuk kampus apa gimana. Berarti yang kelas 10 sama 11 harus belajar lebih keras," kata dia.
Baca juga: Daya Tampung 6 Prodi UT di SNBP 2025, Ada 150 Beasiswa
Tetapi ia khawatir pada kakak kelasnya, yang hanya mendapat waktu 10 bulan persiapan. Berbeda dengan dirinya yang punya waktu dua tahun untuk belajar materi UN.
Sementara siswa yang setuju, misalnya Rasoki Feblito Nadeak, murid Kelas 10 Sekolah Negeri Cikarang Pusat.
Rasoki sejak dulu tidak tahu rasanya mengikuti Ujian Nasional. Tetapi, ia menyetujui UN karena ada harapan bagi siswa terus berkembang.
"Karena dengan diadakannya Ujian Nasional (UN) mungkin siswa siswa yang berpotensi besar dalam hal pendidikan dapat dengan maksimal menunjukan kemampuan mereka kepada pemerintah yang mungkin dapat digunakan untuk membuat negara lebih berkembang," katanya.
Sementara siswa lain yang setuju, seperti Dewi Putri dari SMAN 6 Malang mengatakan UN bisa diterapkan asal bukan untuk kelulusan.
"Bisa aja sih diterapin. Tapi jangan sampai buat syarat lulus sih. Soalnya kalo iya, belajarnya jadi nambah banyak," Jawabnya singkat.
Ia mengatakan, persiapan dirinya dan kawan-kawannya dalam waktu 10 bulan dirasa kurang maksimal. "Terlalu mepet, sepertinya. Karena kami sudah harus fokus belajar untuk masuk kampus," ujarnya singkat.